Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Etnik Tak Cuma Batik

Kompas.com - 22/08/2008, 11:11 WIB

FASHION bergaya etnik semakin sering terlihat di mana-mana belakangan ini. Sayangnya, gaya etnik yang paling banyak diambil adalah batik, padahal Indonesia sangat kaya akan ragam etnik dari berbagai suku bangsa yang patut dibanggakan dan tak kalah menarik.

Hal tersebut coba diangkat oleh empat desainer dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) pada hari kedua penyelenggaraan Festival Mode Indonesia  Jakarta Fashion Week (FMI-JFW 2008) di Pacific Place Jakarta (21/8). Mereka adalah Poppy Dharsono, Dwi Iskandar, Uke Toegimin, dan Lenny Agustin. Lewat rancangannya mereka berhasil mengangkat detail etnik Nusantara menjadi produk mode yang mengedepankan unsur kekinian.

Poppy Dharsono mengeluarkan koleksinya yang terinspirasi pada motif kain tenun ikat dari daerah Jepara dengan tema Passion of Kartini. Mungkin banyak yang belum tahu kalau kota kelahiran Kartini tersebut tidak hanya terkenal dengan ukiran kayunya yang sangat indah, tapi juga menyimpan keindahan lain dalam lembaran-lembaran kain tenun ikat yang tak kalah menawan. Desa Troso merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Jepara yang menjadi sentra penghasil tenun ikat.

Kali ini Poppy mengangkat tenun ikat Troso dalam desain yang modern dan simpel dengan sentuhan etnik. Kain tenunan yang didominasi oleh warna-warna tanah tersebut dimodifikasi menjadi gaun panjang bergaya feminin yang dipadukan dengan celana panjang juga denim.

Uke Toegimin, desainer asal Pontianak, menggunakan kain tenun Dayak sebagai aksen gaun-gaun mini bergaya feminin. Menurut Uke, koleksi terbarunya yang bertema The Frame ini terinspirasi dari bentuk bingkai foto yang terbuat dari ukiran suku Dayak. Seluruh desain didominasi oleh warna-warna merah terakota, yang merupakan warna asli tenun suku Dayak. Uke berhasil memberikan sentuhan tradisional dengan siluet yang modern dan sangat masa kini.

Berbeda dengan rekan-rekannya yang menggali inspirasi dari ragam etnik, desainer Dwi Iskandar justru mendapat inspirasi dari ornamen dan hiasan yang biasa kita temui di ruang tamu sebuah rumah. Misalnya saja vas bunga, bentuk ukiran kursi dan meja, juntaian gorden, hiasan lipit di bagian bawah sofa, serta taplak meja. Unik dan menarik. Ia memilih tema Attractive Symbol untuk koleksi terbarunya ini.

Didominasi oleh warna abu-abu perak, hitam, dan putih, Dwi menawarkan gaun terusan panjang bermodel tumpuk dan atasan model kemben dengan detail berupa kerut, lipit, dan efek kembung. Dwi masih memfokuskan detail di bagian pinggang dengan memakai obi sehingga menampilkan siluet tubuh yang feminin. Bahan yang ia gunakan di antaranya endek Bali, Thai silk, sifon, dan saten sutra.

Sementara itu, Lenny Agustin mengeluarkan koleksinya yang terinspirasi dari kecantikan gadis-gadis Makassar dalam balutan baju bodo dan sarung tenun Makassar yang berwarna-warni. Lenny mengangkat tema "Popi Popi" yang berarti boneka perempuan yang cantik.

Sarung tenun Makassar dan baju bodo yang berwarna-warni dibuat dengan siluet menggelembung menjadi benang merah koleksi Lenny kali ini. Selain tenun sutera Makassar, Lenny juga menggunakan organdi serta katun untuk membuat busana tradisional tersebut dalam gaya masa kini yang ringan. Lenny menawarkan atasan bergaya baju bodo yang dipadankan dengan rok mini yang terbuat dari sarung khas Makasar yang memberi kesan girly dan muda. Lewat koleksi terbarunya ini Lenny berharap baju bodo bisa menjadi pilihan baru dalam mode Indonesia.

Melihat kreatifitas para desainer muda dalam mengangkat tema-tema etnik menjadi baju yang mengikuti perkembangan mode, rasanya tak berlebihan jika kita berharap keindahan dan kekayaan Indonesia bisa lebih dikenal lewat industri fashion.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com