Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Ribu Hektar Lahan Karet Terbengkalai

Kompas.com - 07/01/2009, 21:04 WIB

PALEMBANG, RABU - Akibat krisis anjloknya harga karet yang terus berkepanjangan sampai awal 2009, ratusan ribu hektar lahan karet di Sumatera Selatan terbengkalai karena tidak digarap dengan baik oleh petani. Kelangsungan usaha perkebunan karet rakyat juga terancam karena program peremajaan karet terhenti akibat sebagian petani mulai beralih ke pertanian padi.

Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Syamuil Chatib saat ditemui usai kegiatan Penyerahan DIPA di Palembang, Rabu (7/1), mengatakan dari luas total lahan karet Sumsel sebanyak 1 juta hektar, ada sekitar 200.000 hektar lahan yang tidak digarap intensif oleh petani sejak sektor ini diterpa krisis bulan Agustus 2008 lalu.

"Saat ini, produksi karet menurun mengingat sebagian besar petani tidak menyadap. Selain harga jual masih anjlok, petani tak menyadap karena pengaruh musim," katanya.

Mengenai harga internasional, Syamuil menjelaskan masih di kisaran 1,3-1,4 dollar AS per kilogram. Harga ini tergolong rendah karena pertengahan 2008 lalu pernah menembus 3 dollar AS per kg.

Menurut Abdul Thoha (43), ketua kelompok petani inti rakyat (PIR) Desa Sembawa III, Banyuasin, harga jual karet di petani rakyat juga masih di kisaran Rp 3.000-3.500 per kg. Karena itu, dia dan ke-27 anggota kelompok petani karet lainnya memilih untuk menyimpan getah karet di dalam kulit pohon.

"Kami berhenti menyadap sambil menunggu harga membaik. Peremajaan pohon karet juga ditunda karena penghasilan turun. Jadinya, lahan karet memang agak terbengkalai," kata Abdul.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com