Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Slamet Menyemburkan Api

Kompas.com - 24/04/2009, 19:44 WIB

BANYUMAS, KOMPAS.com - Peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Slamet masih terus terjadi. Pada hari kesembilan, Jumat (24/4), sejak diketahuinya peningkatan aktivitas vulkanik di gunung api tersebut, semburan api menyertai keluarnya material debu vulkanik beberapa kali terjadi. Intensitas gempa pun meningkat.

Kondisi tersebut agak berbeda dengan sehari sebelumnya yang cenderung mereda. Kepala Bidang Geologi pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Banyumas, Djunaedi, Jumat, mengungkapkan, peningkatan aktivitas vulkanik mulai kembali terjadi pada Kamis (23/4) malam.

"Dari pantauan kami, pada Kamis malam kemarin mulai terlihat adanya semburan api dari kawah bersamaan keluarnya asap dan debu vulkanik. Selain itu, getaran gempa yang biasanya hanya beberapa detik menjadi lebih lama. Getaran itu, bahkan, mencapai 55 detik dan intensitasnya meningkat," ungkap Djunaedi.

Aktivitas vulkanik itu mendorong Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung meningkatkan status Gunung Slamet dari waspada ke siaga. Peningkatan status itu diputuskan sejak Kamis malam. Sampai Jumat malam, status tersebut masih dipertahankan karena aktivitas vulkanik belum mereda.

Status siaga ini artinya, lanjut Djunaedi, masyarakat sekitar gunung, terutama di ring dua, untuk bersiaga terhadap segala kemungkinan yang bakal terjadi. Namun demikian, mereka diminta untuk tak panik dan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa.

Dalam kesiagaan bencana gunung api, ada tiga ring yang merupakan zona siaga. Ring pertama adalah kawasan di sekitar gunung, yang terlarang untuk permukiman masyarakat.

Ring pertama ini berupa lereng di ketinggian dan hutan. Kesiagaan terhadap ring ini dilakukan dalam bentuk penutupan semua aktivitas pendakian ke di Gunung Slamet sejak Senin (20/4) lalu.

Ring dua adalah kawasan yang berjarak empat kilometer dari puncak gunung yang umumnya merupakan kawasan permukiman dan ladang pertanian. Kawasan ini paling rawan terkena dampak letusan karena permukiman yang paling dekat dengan sumber letusan. Ring tiga adalah kawasan yang berada di luar radius delapan kilometer dari gunung.

Pada Kamis malam hingga Jumat pagi, masyarakat di sekitar gunung Slamet, terutama dari arah Bambangan, Purbalingga dan Pulosari, Pemalang, dapat melihat semburan api di atas kawah Gunu ng Slamet. Namun demikian, semburan api tersebut tak diikuti lelehan lava atau lahar seperti yang terjadi di Gunung Merapi atau Kelud.

Menurut Djunaedi, hal tersebut disebabkan tipe letusan Gunung Slamet adalah eksplosif, yakni hanya mengeluarkan semburan api dan material berupa debu. Hal ini berbeda dengan gunung yang bertipe efusif seperti Gunung Merapi yang letusannya diikuti lelehan lava dan wedhus gembel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com