Jakarta, Kompas -
Menanggapi kondisi hutan tersebut, Kepala Bidang Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Desmon Sitorus mengatakan, pihaknya akan segera membersihkan semua sampah yang ada.
”Sampah plastik harus bersih dari hutan kota,” kata Desmon ketika dihubungi melalui telepon, Minggu sore kemarin.
Menurut Desmon, sampah memang selalu menjadi masalah dalam pengelolaan Hutan Kota Srengseng. Selain perilaku sebagian pengunjung yang suka membuang bungkus plastik, kertas, atau sisa makanan tidak pada tempatnya, warga sekitar juga masih ada yang melempar sampah di perbatasan antara hutan dan permukiman. Kali Pesanggrahan yang diharapkan mempercantik hutan kota ini juga tidak bisa bersih dari sampah.
”Sampah di kali mungkin terbawa dari luar meskipun di sini sebenarnya sudah ada mesin pemilah sampah untuk menjaring sampah sebelum aliran air memasuki hutan kota,” tuturnya.
Desmon menegaskan, ia akan mengerahkan petugasnya, termasuk sepuluh orang yang memang bertugas menjaga Hutan Kota Srengseng untuk menghalau sampah. Ia juga telah menyarankan agar pemerintah kota setempat membangun tempat pembuangan sampah sementara bagi warga sekitar.
Sesuai namanya, Hutan Kota Srengseng adalah hutan, bukan taman. Dengan demikian, kata Desmon, pepohonan dibiarkan tumbuh alami seperti di habitat aslinya. Tidak ditata layaknya di taman.
Apabila diurus lebih baik, hutan ini mestinya akan menjadi tempat rekreasi yang nyaman. Pohon-pohon tinggi membentuk kanopi memayungi jalan-jalan konblok di paru-paru kota yang dibuat pada tahun 1993 ini.
Di tengah aliran Kali Pesanggrahan yang dibentuk menjadi semacam danau juga terdapat pulau buatan. Dari seberang pulau, di pinggir Kali Pesanggrahan, pengunjung bisa menikmati aksi monyet-monyet bergelantungan atau berjalan di tepi sungai mencari buah kersen atau ceri hutan. Sambil berjalan kaki mengelilingi hutan, celoteh beraneka jenis buruh riuh rendah terdengar.