Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wawancara

Industri Kreatif di Mata Ridwan Kamil

Kompas.com - 12/08/2011, 07:23 WIB

KOMPAS.com - Ridwan Kamil, seorang dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung yang juga aktif dalam kegiatan sosial, adalah praktisi industri kreatif Indonesia yang telah mendunia. Proyek-proyek besar di berbagai negara telah dipegangnya, di antaranya Marina Bay Waterfront Master di Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar, juga District 1 Saigon South Residential Master Plan di Saigon, Shao Xing Waterfront Masterplan (China), Beijing CBD Master plan, dan Guangzhou Science City Master Plan.

Bagaimana pandangan seorang Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Emil tentang Industri Kreatif dan perkembangannya di Indonesia? Pada Kamis (28/7/2011) lalu, KOMPAS.com berkesempatan melakukan wawanca dengan Master of Urban Design dari College of Environmental Design, University of California, Barkeley ini.

Menurut Mas Emil, orang yang kreatif itu seperti apa?

Menurut saya, orang kreatif adalah orang yang bisa mengembangkan ide-ide kreatif untuk memecahkan permasalahan yang ada di sekitarnya. Ide kreatif selalu bermula dari masalah. Orang kreatif adalah yang bisa memecahkan masalah-masalah tersebut dan menciptakan solusinya dengan cara yang berbeda.

Bagaimana mengembangkan idea kreatif agar bisa menjadi bisnis?

Bisnis kreatif itu terbagi menjadi dua, yakni yang berbasis produk dan menjual jasa (ide). Orang yang telah memiliki ide kreatif tinggal memilih mau menjual produk yang diproduksinya sendiri, atau menjual idenya untuk dikembangkan oleh orang lain. Dunia kreatif itu level kepuasan bisnisnya beda, kadang tidak semata diukur dengan seberapa banyak uang yang dihasilkan, tetapi bagaimana ide kreatif tersebut berguna bagi lingkungan sekitar.

Bagaimana pendapat Mas Emil tentang perkembangan Industri Kreatif di Indonesia?

Menurut saya, Indonesia punya banyak sekali sumber daya manusia dengan ide kreatifnya masing-masing. Hanya sangat disayangkan, hingga kini masih terbentur dengan masalah modal karena perbankan kita masih belum bisa memberikan pinjaman tanpa jaminan. Apa yang bisa dijaminkan dari orang kreatif? Ide? Impian? Industri kreatif masih kurang dipahami secara benar oleh pemerintah. Orang-orang kreatif di Indonesia lahir dari pergaulan, bukan dari pendidikan.

Sampai saat ini bahkan yang mendukung Industri Kreatif kita adalah Kementrian Perdagangan, padahal itu sudah berbentuk produk. Menurut saya, pendidikan di Indonesia, dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional juga harus berperan dalam pengembangan industri kreatif dari sumber daya manusia sejak di bangku sekolah. Tapi saking kreatifnya, orang Indonesia bisa belajar dari mana saja (pergaulan sehari-hari, berita, sosial media), juga mendapat dana dari mana saja, salah satunya Angel Investor. Untuk Join Venture saya rasa di Indonesia belum begitu banyak, bahkan jarang. Industri Kreatif kita masih bergantung dengan Angel Investor.

Apakah Sumber Daya Manusia di Indonesia bisa bersaing di dunia global?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com