Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
JELAJAH SEPEDA

Melawan Jerat Tauke

Kompas.com - 10/11/2011, 03:19 WIB

Irma Tambunan dan Irene Sarwindaningrum

Lelang komoditas karet tidak hanya terjadi pada bursa berjangka dunia. Petani pedesaan di Kabupaten Muara Enim dan Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, telah menggelar lelang karet sejak 23 tahun lalu. Lelang dalam kendali koperasi petani ini sukses menyejahterakan petani.

Itu sebabnya masyarakat di wilayah tersebut lebih memilih menjadi petani karet ketimbang pegawai negeri sipil atau swasta. Perkembangan di daerah ini juga tumbuh atas dominasi perkebunan rakyat. Meski bergantung pada sektor kebun, kondisi ekonomi masyarakat relatif tinggi.

”Hidup saya sebelumnya selalu pas-pasan selama menjadi pegawai swasta di kota besar. Hasilnya tak seberapa, dan habis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja,” ujar Arizon, petani karet di Desa Lembak, Gelumbang, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (11/10).

Arizon nekat meninggalkan Kota Bandung tempatnya kuliah dan bekerja. Dia kembali ke Desa Gelumbang tahun 1990, banting setir menjadi petani karet dengan lahan 2 hektar (ha).

Pada waktu itu, Arizon merasakan betul ketidakberdayaan petani. Mereka menjual hasil panen ke tengkulak dengan harga yang tak bisa mereka kendalikan sedikit pun.

Tengkulak, atau tauke menciptakan keadaan agar petani selalu terjerat utang, dan tidak memiliki posisi tawar dalam menentukan harga.

Namun, keadaan ini berubah setelah Arizon diajak temannya bergabung dengan KUD Serasan Jaya ”Gelumbang”. Melalui koperasi, Arizon bisa menjual karet pada harga yang jauh lebih tinggi. Selisihnya bisa mencapai Rp 1.000-Rp 2.000 per kg.

Sejak itu, ia merasakan nyamannya menjadi petani karet. Satu hektar kebun karet menghasilkan Rp 5 juta- Rp 6 juta per bulan. Arizon mampu membangun rumah dan menyekolahkan dua anaknya yang saat ini di sekolah menengah atas.

Muslim (50), petani lainnya, mengatakan, peningkatan kesejahteraan berjalan seiring naiknya harga karet di pasaran yang hasilnya benar-benar dinikmati petani. ”Harga dari lelang di koperasi terus mengikuti kenaikan harga karet dunia,” katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com