Dublin, Selasa
Demikian dilaporkan kantor berita Reuters, yang mengutip beberapa sumber di kalangan industri dirgantara Eropa, Selasa (24/1). Meski pihak Airbus berkeras retakan tersebut tidak membahayakan penerbangan, penemuan retakan untuk yang kesekiankalinya ini menambah kekhawatiran soal kinerja pesawat penumpang terbesar di dunia tersebut.
EASA pekan lalu memerintahkan pemeriksaan menyeluruh pada 20 pesawat A380 yang dioperasikan tiga maskapai, yakni Singapore Airlines, Emirates, dan Air France, setelah ditemukan retakan pada bagian logam pengait (bracket) di sayap beberapa pesawat tipe itu dalam selisih waktu kurang dari dua pekan.
Sebanyak 20 pesawat tersebut dipilih karena memiliki siklus tinggal landas-mendarat yang paling banyak, yakni di atas 1.300 kali. Bagi pesawat yang siklusnya sudah di atas 1.800 kali, pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu empat hari sejak tanggal 24 Januari.
Sementara bagi pesawat yang siklusnya berada di antara 1.300 dan 1.800 kali diberi waktu hingga enam pekan untuk menyelesaikan pemeriksaan tersebut.
Dari pemeriksaan tahap pertama tersebut, sumber yang tak disebutkan namanya oleh Reuters mengatakan, telah ditemukan retakan pada sedikitnya satu pesawat. Tidak disebutkan dari maskapai mana pesawat itu berasal.
Sebanyak 10 dari total 15 pesawat A380 milik Singapore Airlines—operator pertama A380—termasuk di antara 20 pesawat yang diwajibkan diperiksa. Sebanyak enam pesawat harus diperiksa dalam waktu empat hari, dan empat sisanya dalam enam minggu.
Juru bicara Singapore Airlines mengatakan, pemeriksaan terhadap enam pesawat itu masih berlangsung. ”Kita akan tahu lebih banyak soal penemuan apa pun setelah pemeriksaan dituntaskan,” ungkap juru bicara itu.
Pihak Airbus sendiri berkeras masalah tersebut bukan merupakan ancaman bagi keselamatan penerbangan. Pengungkapan masalah ini, kata juru bicara Airbus, justru menunjukkan bahwa proses kelaikan terbang di Airbus berjalan baik.