Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejaring Sosial Gantikan Kampus dan Kedai Kopi

Kompas.com - 20/03/2012, 10:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jejaring sosial kini mulai digunakan sebagai alat komunikasi politik. Pencitraan, kampanye, bahkan protes kerap dilontarkan melalui jejaring sosial.

Hal paling fenomenal yang dapat dilakukan melalui jejaring sosial adalah sebagai alat revolusi.

 
Dalam sejarah, tercatat ada beragam cara untuk mengumpulkan dan memobilisasi massa agar tergerak melakukan revolusi. Di era digital sekarang ini, situs jejaring sosial menjadi alat yang cukup ampuh untuk mengumpulkan dan memobilisasi massa.
 
"Sebelumnya tidak ada yang berpikir bahwa Twitter bisa jadi alat revolusi," kata Roby Muhamad, pakar jejaring sosial yang juga peneliti di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
 
Ia mengatakan, revolusi terjadi karena orang berkumpul dan punya tujuan sama.

Jika dahulu revolusi Perancis dimulai dari kedai kopi dan reformasi Indonesia tahun 1998 dimulai dari kampus-kampus, sekarang jejaring sosial juga bisa menjadi tempat baru untuk berkumpul.

 
"Ketika massa sudah berkumpul, maka sesuatu akan terjadi. Jejaring sosial kerap digunakan untuk memobilisasi rakyat dalam jumlah besar," tutur Roby saat ditemui Kompas.com di Fakultas Psikologi UI, beberapa waktu lalu.
 
Revolusi yang terjadi di Timur Tengah menjadi refleksi kekuatan jejaring sosial dalam memobilisasi rakyat. Tak heran jika pemerintah di beberapa negara Timur Tengah mengawasi ketat aktivitas di dunia maya.
 
Tempat-tempat berkumpul itu memiliki karakter masing-masing. Situs jejaring sosial, lanjut Roby, punya konektivitas yang tinggi secara global.

Tak hanya itu, jejaring sosial menjadi alat untuk melaporkan informasi terkini, yang kemudian akan terjadi saling interaksi antarpengguna tanpa mengenal waktu dan ruang.

 
Menurut Roby, semua situs jejaring sosial bisa dijadikan alat revolusi. Semua tergantung orang atau kelompok mau menjadikannya sebagai alat apa dan tergantung keadaan sosial di suatu negara. "Ada kasus yang sukses, tetapi ada juga yang gagal," papar Roby.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com