Digital Eight Ingin Bona dan Rong-rong Mendunia

oik yusuf/ kompas.comTim Digital Eight, dari kiri ke kanan:Head of Self Develop Game Division Kama Adritya, Game Division Manager Adhityaswara Nuswandana, Head of Client Game Section Robertus Rozari, dan Game Consultant Basuki Wirawan

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk bisa menjangkau pasar internasional, game "The Great Adventure: Bona and Friends" terlebih dahulu harus meraih sukses di pasar regional (Indonesia).

Menurut Basuki Wirawan, Konsultan Game penerbit Digital Eight, hal ini adalah prosedur yang mesti ditempuh sehubungan dengan mekanisme toko aplikasi Apple App Store tempat game tersebut dipasarkan. "Ada minimal jumlah purchase yang harus diraih di tingkat regional, baru bisa diakses oleh konsumen di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura," ujar Basuki.

Persoalannya, meskipun relatif dikenal di tanah air, pengguna di luar negeri belum tentu familiar dengan karakter Bona dan Rong-rong yang menjadi tokoh utama sekaligus elemen unik dalam game iOS ini. Lalu, bagaimana caranya agar dua karakter itu bisa diterima audience dari negeri seberang?

"Cara pemasarannya harus dibedakan dari game yang tokohnya sudah internationally-known. Posisikan mereka sebagai karakter biasa yang kita perkenalkan dari awal ke para pemain," jelas Basuki. Dia mencontohkan game Angry Birds buatan Rovio yang berhasil sukses  dan kini dikenal lewat tokoh-tokoh burungnya yang bermacam-macam.

Game "The Great Adventure: Bona and Friends" sendiri adalah permainan berbasis iOS yang tersedia untuk iPad dan iPhone. Dalam game yang dirilis oleh Digital Eight hari Kamis (27/9/2012) kemarin ini, pemain disuguhi sejumlah puzzle yang bisa dipecahkan dengan logika dan kecerdasan.

Rencananya, game yang dikembangkan oleh Manticore Studio tersebut akan dibanderol sekitar 4.99 dollar AS untuk versi iPad dan 2.99 dollar AS untuk bersi iPhone saat sudah terdaftar di App Store pada Oktober mendatang.

Selain game ini, Digital Eight juga merilis game mobile berjudul "Mombi's Goal" serta dua game online, yaitu "Giga Slave Indonesia" dan "Knight Age Indonesia."

Manfaatkan Aset

Untuk mesukseskan pemasaran game di pasar regional, Digital Eight akan memanfaatkan media-media yang turut tergabung dalam Kompas Gramedia-Group of Magazine tempat penerbit game ini bernaung.

"Kami akan menggunakan akses ke komunitas-komunitas yang dimiliki oleh majalah semisal Hai dan Kawanku," ujar Basuki. Hal ini termasuk menggelar promosi dalam acara-acara yang digelar oleh majalah-majalah itu. Menurutnya, hal tersebut belum dilakukan oleh penerbit-penerbit game lain di Indonesia. "Kami punya aset, itu harus dimanfaatkan," tandasnya.

Contoh dari upaya ini antara lain adalah lomba membuat soundtrack untuk game Giga Slave Indonesia yang diselenggarakan bersama dengan majalah Hai. Setelah masa promo selama 4 bulan, kontes ini berhasil mengumpulkan 123 finalis. Empat di antaranya kemudian menjadi pemenang yang CD lagunya akan turut disebar ke warnet bersamaan dengan waktu komersialisasi game yang bersangkutan.

Sebagai penerbit, Digital Eight masih mempercayakan pengembangan game pada pihak ketiga. Dua game "The Great Adventure: Bona and Friends" serta "Mombi's Goal" yang dirilis publisher ini dikembangkan oleh developer lokal Manticore Studio.

Ke depan, Digital Eight berencana merangkul lebih banyak developer lokal. "Beberapa yang akan turut digandeng termasuk Agate dan Altermyth. Kami tidak spesifik membatasi jenis game tertentu saja, tetapi tentu ada requirement atau kebutuhan kami yang harus dipenuhi," papar Basuki.