Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarahan Finlandia dan Uang Bonus CEO Nokia

Kompas.com - 26/09/2013, 12:22 WIB
Aditya Panji

Penulis

KOMPAS.com - Uang insentif sebesar 25 juta dollar AS yang akan diterima mantan CEO Nokia Stephen Elop, sedang menjadi kontroversi di Finlandia. Nokia meminta agar Elop menerima uang dengan jumlah yang lebih kecil, namun Elop menolak karena alasan ia ingin bercerai.

Nokia, sebelumnya menjanjikan insentif kepada Elop sebesar 25 juta dollar AS dengan beberapa syarat yang tercantum dalam dokumen kontrak.

Dalam kontrak disebutkan bahwa Elop bakal menerima bonus apabila harga saham Nokia naik menyusul situasi yang melibatkan "perubahan kepemilikan." Kenaikan harga saham tersebut tak harus menyamai harga awal ketika Elop belum bergabung, tapi cukup berubah lebih baik dari "titik terendah".

Memang, ketika unit bisnis ponsel dan layanan Nokia dijual ke Microsoft, saham Nokia mengalami kenaikan 35 persen pada 3 September 2013.

Elop akan menerima uang bonus itu saat Microsoft menyelesaikan akuisisi unit bisnis ponsel dan layanan Nokia pada kuartal pertama 2014.

Masyarakat Finlandia dibuat berang dengan kabar itu. Mereka tidak senang melihat eksekutif asing menerima uang bonus dengan menjual unit bisnis penting Nokia, sebuah perusahaan yang begitu melegenda dan memiliki nilai sejarah di Finlandia.

Menurut Ketua Dewan Direksi Nokia, Risto Siilasmaa, uang bonus seperti ini juga dijanjikan dan diterima oleh CEO Nokia sebelumnya, Olli-Peka Kallasvuo.

Surat kabar terbesar di Finlandia, Helsingin Sanomat, melakukan investigasi atas pernyataan Siilasmaa. Dalam kontrak Elop memang dimuat klausa tentang rincian bonus ini. Namun, klausa semacam ini tidak ditemukan dalam kontrak Kallasvuo.

Hal ini menimbulkan spekulasi dari masyarakat Finlandia, ada intrik di balik perekrutan Elop dan kontraknya sebagai CEO Nokia.

Perdana Menteri Finlandia, Jyrki Katainen, berkomentar bahwa mekanisme insentif perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia ternyata sedemikian luar biasanya sehingga tidak dapat dimengerti oleh akal sehat. Sementara itu, Menteri Keuangan Finlandia, Jutta Urpilainen menambahkan bahwa bonus Elop telah menciptakan "atmosfir beracun yang mengancam keharmonisan sosial."

Untuk meredam kemarahan publik Finlandia, Nokia meminta agar Elop menerima uang bonus dengan nilai lebih kecil.

Namun, menurut laporan Helsingin Sanomat, Elop menolak permintaan Nokia karena dia akan bercerai. Elop berkata istrinya akan meminta pembagian dari bonus 25 juta dollar AS itu.

Elop, yang bergabung di Nokia pada September 2010, adalah seorang berkebangsaan Kanada. Ia adalah CEO Nokia pertama yang bukan warga negara Finlandia. Sebelum bekerja untuk Nokia, Elop menjabat sebagai Kepala Divisi Bisnis Produk Office di Microsoft.

Pada 3 September 2013 lalu, Elop mengejutkan industri teknologi dan tentu saja, mengejutkan warga Finlandia. Ia menjual unit bisnis ponsel dan layanan Nokia, beserta lisensi patennya kepada Microsoft senilai 7,2 miliar dollar AS. Ibarat tubuh, Microsoft telah membeli "jantung"  yang selama ini memompa darah Nokia.

Grup perusahaan Nokia yang berkantor pusat di Espoo, kini harus bertahan dengan 3 unit bisnis yang masih mereka miliki, yakni unit bisnis layanan peta digital dan lokasi (Nokia Here), pengembangan teknologi (Advanced Technologies), serta infrastruktur jaringan dan layanan telekomunikasi (Nokia Solutions and Networks).

Nokia harus mengubah fokus dan mengandalkan unit bisnis infrastruktur telekomunikasi untuk menghidupi grup perusahaan, setelah unit bisnis ponsel yang selama ini jadi "jantung" perusahaan telah dibawa Elop ke pangkuan Microsoft.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com