Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Intel Seriusi "Internet of Things"

Kompas.com - 21/09/2014, 10:10 WIB
KOMPAS.com  - Jam 6 pagi, alarm di smartphone berbunyi. Anda terbangun dan mematikan alarm tersebut—yang sekaligus memicu serangkaian perangkat di rumah Anda. Tirai jendela otomatis terbuka, sementara coffee maker langsung membuat kopi kesukaan Anda. Ketika Anda melangkah ke kamar mandi, keran air langsung mengucurkan air hangat sesuai selera Anda.

Saat sarapan, gelang di pergelangan tangan menunjukkan kalau Anda kurang berolahraga. Anda pun langsung melangkah ke luar rumah untuk lari pagi. Anda kenakan headphone yang akan menyenandungkan musik sambil sekaligus mendata detak jantung Anda.

Selesai olahraga, Anda pun bergegas ke kantor. Anda langsung masuk ke mobil namun tidak harus menyetir. Mobil tersebut adalah driverless car yang bisa berjalan sendiri tanpa harus dikemudikan. Toh mobil tersebut tahu lokasi kantor, bahkan tahu rute tercepat ke sana berbekal laporan lalu lintas dari TMC Polda Metro Jaya.

Terdengar fantastis? Memang, semua itu masih terbatas impian. Atau tepatnya setengah impian, karena saat ini sebenarnya sudah ada gelang, headphone, coffee maker, dan mobil pintar seperti yang disebut di atas. Namun dalam perspektif yang lebih luas, cerita tersebut menggambarkan potensi yang bisa terjadi di dunia berbasis Internet of Things.

Internet of Things (IoT) adalah istilah yang menggambarkan terhubungnya semua benda ke jaringan internet. Seperti contoh di atas, yang terhubung bisa berupa tirai, televisi, coffe maker, tempat tidur, garasi, meja, pulpen, gelang—semuanya. Semua perangkat tersebut memiliki sensor sehingga bisa mengenali lingkungan sekitarnya. Sesama perangkat IoT juga bisa “berbicara” satu sama lain, sehingga tercipta ekosistem yang membuat semua hal bisa terjadi secara otomatis.

Kemungkinan yang bisa diciptakan IoT sangat luas dan tidak terbatas di dalam rumah. Platform IoT bisa menjadi basis smart city untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga. Platform IoT juga bisa digunakan di mesin industri, yang akan memonitor kinerja tiap mesin secara real-time sehingga setiap masalah bisa diketahui dengan cepat. Pendek kata, peluang IoT sangat luar biasa.

Intel dan IoT

Luasnya implementasi IoT berarti juga menjanjikan pangsa pasar yang menggiurkan. Tak heran banyak perusahaan teknologi yang melirik industri IoT, termasuk Intel. Mereka bahkan bertekad menjadi pemain penting di dunia IoT tersebut.

Hal tersebut diutarakan Santosh Viswanathan, Country Manager Intel Indonesia. “Semua connected device akan bekerja maksimal dengan prosesor Intel di dalamnya,” janji Santosh.

Ia mengatakan hal itu pada acara Intel Internet of Things Conference yang diselenggarakan Kamis (18/9). Pada konferensi tersebut, Intel mengundang ratusan profesional IT di Indonesia untuk melihat bagaimana IoT akan mengubah banyak hal di kehidupan kita dan kesiapan Intel mengawal perubahan tersebut.

Keseriusan Intel bisa dilihat dari berbagai momentum. Pada Intel Developer Forum di San Francisco belum lama ini, Intel merilis merilis serangkaian wearable device.

Mereka bekerjasama dengan pembuat perhiasan Fossil untuk merancang gelang pintar. Intel menggandeng SMS Audio untuk membuat headphone yang bisa menghitung detak jantung lewat telinga. Intel bahkan membuat sensor untuk bayi yang akan menghitung kinerja organ vital sang buah hati. Sensor itu bisa memberi sinyal kepada penghangat susu agar jika sensor tersebut mendeteksi sang bayi akan bangun dari tidurnya.

Selain dalam bentuk end-product, Intel juga siap di sisi infrastruktur. Pada konferensi kemarin, Intel menunjukkan white box berisi prosesor super mungilnya, Quark. Selain hemat daya, di dalam prosesor ini sudah terdapat komponen yang mendukung beragam standar komunikasi sensor, seperti 12C (sensor temperatur), PIO (sensor gerakan), sampai Arduino (beragam sensor). Artinya, kita bisa membangun perangkat yang kita butuhkan hanya dengan menancapkan sensor tertentu ke white box tersebut.

Tantangan IoT

Bagi Intel, konsep IoT sebenarnya bukan hal yang baru. “Intel sudah terlibat di industri embedded device sejak awal berdiri,” ungkap Gregg Berkeley, Global IoT Director, Intel Corporation. Apalagi, semua perangkat IoT pada dasarnya adalah sebuah komputer kecil. “Tantangannya adalah bagaimana membuat prosesor dengan harga terjangkau dan kinerja memadai,” tambah pria yang jauh-jauh datang dari AS untuk menjadi keynote speaker di Intel IoT Conference ini. Dan bagi Intel, Quark adalah jawaban atas tantangan tersebut.

Yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana Intel dapat berkompetisi dengan perusahaan teknologi lain yang juga melirik IoT. Contohnya Apple yang menanamkan standar HomeKit pada iOS 8 yang memungkinkan iPhone mengatur perangkat di dalam rumah. Belum lama ini Google juga membeli Nest, perusahaan yang membuat perangkat deteksi asap dengan harga fantastis 3,2 miliar dollar AS. Cisco, Samsung, dan Microsoft juga tengah mengembangkan produk berbasis IoT.

Soal ketatnya persaingan, Gregg mengakui hal itu. Namun ia tidak khawatir. “Cakupan IoT sangat luas. Kami mungkin menang di satu area, dan kalah di area lain. Namun saya yakin, Intel akan menjadi pemain penting di pasar IoT,” tambah Gregg. Apalagi, Gregg menganggap tidak banyak perusahaan yang memiliki solusi end-to-end seperti Intel yang bisa menyediakan prosesor, platform, dan security dalam satu kesatuan.

Gregg juga yakin, IoT adalah teknologi yang sudah ada di depan mata. Ia mencontohkan pemerintah kota Boston yang mendapat fakta bahwa 25 persen mobil yang memenuhi jalanan kota tersebut sebenarnya berkeliling untuk mencari tempat parkir yang kosong. Pemkot Boston pun menanamkan sensor pada seluruh titik parkir di kota tersebut sehingga pengemudi bisa mengetahui secara persis lokasi parkir yang masih kosong. “Anda lihat, konsep IoT bisa sangat sederhana namun efeknya luar biasa,” tambah Gregg.

Dalam konferensi tersebut, saya duduk berdampingan dengan salah satu staf yang menangani riset dan pengembangan di lingkungan Pemda DKI. Ia terlihat antusias mengikuti paparan para pembicara, sambil sesekali menorehkan catatan di kertas kerjanya. Kami bahkan sempat berdiskusi mengenai kemungkinan penerapan sensor di bus Transjakarta sehingga calon penumpang bisa mengetahui lokasi serta kepadatan penumpang bus Transjakarta. (Wisnu Nugroho/Infokomputer)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com