Demikian kata Andri Yadi, CEO Dycode, saat berbincang dengan beberapa media seusai pengumuman Indonesia Next Apps yang diadakan di Jakarta, Rabu (1/10/2014).
Menurutnya, ada satu masa ketika developer di Indonesia seakan-akan hanya beradu skill saja. Sesama developer, ujar Andri, seperti saling membanggakan kemampuan teknisnya, dan itu tercermin dalam aplikasi yang mereka kembangkan.
Kemudian, fase berikutnya menurut Andri adalah saat developer berlomba-lomba soal feature. Ibaratnya, setiap aplikasi yang dibuat akan dijejali berbagai feature yang belum tentu digunakan.
Sedangkan fase kematangan tercapai saat developer justru mampu menghasilkan sesuatu yang sederhana. "Intinya, sistem yang bisa solve the problem, memecahkan masalah sungguhan dari penggunanya," ujar Andri.
Ketiga fase tersebut umumnya akan dilalui oleh hampir semua developer. Hal ini bisa terlihat dalam berbagai kompetisi maupun kegiatan untuk developer, gabungan antara "jam terbang" dan "kematangan" ini bisa menghasilkan aplikasi yang relevan.
Andreas W Djiwandono, Direktur Service Innovation, Samsung Electronics Indonesia, juga mengomentari aplikasi finalis Indonesia Next Apps. Menurutnya, aplikasi lokal sudah semakin relevan.
Menurut pria yang akrab disapa Andy itu, para finalis menunjukkan aplikasi yang bukan hanya kreatif tapi juga relevan bagi Indonesia. "Bahkan, beberapa aplikasi itu saya yakin relevan untuk pengguna di regional," kata Andy.
Dengan menghadirkan aplikasi yang relevan untuk kebutuhan --dan terutama permasalahan-- di Indonesia, developer lokal akan punya nilai tambah yang sulit dicapai oleh pesaingnya.
Dari sisi teknologi, developer tentu tetap harus berusaha mempelajari teknologi terbaru. Namun bukan berarti sebuah teknologi diterapkan hanya karena barunya saja.
Andy mengatakan, Samsung pun siap mendukung jika ada developer Indonesia yang mau mempelajari teknologi terbaru. Dukungan itu bisa berupa akses ke teknologi tersebut, dan bahkan hingga dukungan dana.
"Kami rencananya ingin meluncurkan hal ini di Indonesia. Selama ini sebenarnya program ini di tingkat global sudah ada," kata Andy.
Di acara yang sama, Vice President Digital Lifestyle Telkomsel, Marina Kacaribu menyebutkan, kualitas developer Indonesia dari sisi kemampuan teknis sudah cukup bagus.
Di Indonesia, lanjut Marina, dukungan terhadap para developer untuk menjadi startup digital juga sudah bagus. "Inkubator, misalnya, juga sudah rame. Dari grup Telkom, kami punya Jogja Digital Valley, Bandung Digital Valley," tuturnya.
Namun satu hal yang perlu diperkuat di kalangan developer, kata Marina, adalah kemampuan bisnisnya. Bagaimana aplikasi yang mereka kembangkan bisa relevan secara bisnis.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.