Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pamer di Instagram, Jadi Bisnis Perjalanan

Kompas.com - 06/04/2015, 15:30 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Angin menyisir ruas-ruas daun pepohonan nyiur. Pelan-pelan rinainya terdengar saling menyambut. Adapula suara ombak dan pasir putih berbisik. Malam itu, di bawah hamburan bintang, secangkir kopi dan obrolan hangat sudah cukup melengkapi romantisme Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.

Adelia Suryani masih ingat betul rasa yang ia tinggalkan di sana, Juni 2013. Tak ingin ingatannya pudar begitu saja, Adel mengabadikan setiap momen penelusurannya lewat bidikan gambar dan rentetan cerita. Semua ia tuangkan dalam blog personal bertajuk "Traveling Ass".

Tak dinyana, banyak yang merespon cerita Adel lalu ingin mengenangkan pengalaman serupa. "Mereka tanya bagaimana caranya pergi ke tempat-tempat yang pernah saya kunjungi," kata Adel, begitu ia kerap disapa.

Gadis 22 tahun ini percaya semua orang butuh jalan-jalan. Mengenal tempat baru, orang baru, dan budaya baru. Hanya saja, sedikit yang rela repot merencanakan liburan seru. Dari situ, muncul ide membuat bisnis perjalanan.

"I don't want to do something that I'm good at it for free," begitu prinsip Adel. Remaja yang baru saja menyandang predikat Sarjana Sosial UI tersebut, sadar hobi jalan-jalannya butuh uang banyak. Tapi, ia tak ingin kesenangannya cuma jadi tradisi hambur-hambur uang.

Alhasil, Adel mencurahkan idenya dengan mendirikan "Travass Life" pada pertengahan 2014. Ia mengajak teman kampusnya, Wika Sita, merintis usaha tersebut. "Kan bisa jalan-jalan gratis plus dibayar pula," kata Adel.

"Instagram adalah media sosial yang paling tepat untuk jualan"

@travass.life Instagram jadi platform utama pengembangan bisnis Travass
Instagram dipilih sebagai platform utama dalam pengembangan bisnis Travass Life. Alasannya, media pengumpul foto tersebut memiliki kekuatan visual yang diperlukan untuk promosi tempat wisata.

"Berdasarkan penelitian, foto-foto perjalanan paling banyak bertebaran di Instagram. Selain itu, akun-akun bernuansa wisata adalah salah satu yang paling banyak diikuti Instagramers," Adel menjelaskan.

Lewat Instagram, Adel membagi potret perjalanannya dari berbagai tempat. Cara ini efektif memicu hasrat berlibur para netizen di media sosial tersebut. Apalagi, Instagram menghimpun target pasar Travass Life, yakni anak muda urban kelas menengah ke atas yang selalu mengikuti tren.

"Sekarang kan lagi tren jalan-jalan keliling Indonesia. Nah, anak muda gaul kelas menengah banyak yang pengin ikutan. Karena selama ini mereka perginya ke luar negeri terus," kata dia.

Karena menyasar kaum menengah ke atas, paket liburan yang ditawarkan Travass Life juga premium. Tak lupa, layanannya menjanjikan hasil foto perjalanan yang diklaim layak pamer di akun Instagram.

"Instagramers kan cenderung suka pamer kegiatan-kegiatan seru. Nah, Travass Life sekaligus menyediakan jasa fotografer untuk pelanggan. Jadi, selama jalan-jalan mereka punya stok foto-foto kece untuk diunggah," Adel bertutur.

Sambil menyelam minum air, kebiasaan pamer foto para Instagramers sekaligus menjadi alat pemasaran ke khalayak yang lebih luas. Misalnya, satu pelanggan mengunggah foto bepergian bersama Travass Life di akun Instagramnya. Tentu, teman-teman pelanggan tersebut bakal melihat foto-foto itu. Ini bisa menyaring pelanggan baru untuk Travass Life.

"Tagar sangat membantu dalam menarik perhatian massa"

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com