Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada Aplikasi yang Hilang

Kompas.com - 06/04/2015, 20:08 WIB
Wicak Hidayat

Penulis

KOMPAS.com - Golden Krishna, seorang desainer, dalam buku bertajuk: The Best Interface is No Interface, menggambarkan 'skenario terburuk' aplikasi digital.

Dalam salah satu bab buku itu, yang dikutip oleh TheVerge, Krishna menggambarkan sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk membuka kunci mobil.

Dibutuhkan sekitar 13 langkah untuk mengaktifkan aplikasi itu. Artinya, ada sekitar 11 langkah yang tidak perlu dilakukan di antara waktu pengguna mendekati mobilnya, hingga ia membuka pintu mobil itu.

Seluruh 11 langkah itu terkait dengan interface digital aplikasi.Termasuk membuka layar dan mencari aplikasi yang hendak digunakan.

Bandingkan dengan menggunakan kunci manual. Cukup dekati mobil, masukkan kunci ke lubangnya (atau tekan tombol unlock di kunci) dan buka pintu mobil.

Lebih ekstrimnya, Krishna membandingkan aplikasi itu dengan teknologi yang sudah dikembangkan sekitar 10 tahun lalu.

Teknologi yang dimaksud Krishna memungkinkan pengguna, asalkan membawa kunci mobil (bisa di tangan, di kantung atau di tas) maka mobil akan mendeteksinya secara otomatis dan saat gagang pintu ditarik, pintu akan terbuka.

Dari sisi langkah yang perlu diambil? Hanya dua: mendekati mobil dan membuka pintu. Cukup.

Saya bisa mengerti apa yang dimaksud Krishna. Kadang, sebagai penyuka gadget, kita terlalu sibuk mengagumi bagaimana gadget bisa "melakukan apa saja" sehingga lupa bahwa ada hal-hal yang tak perlu dilakukan gadget.

Untuk aplikasi yang cuma menambah kerepotan seperti itu, mungkin lebih baik hilang saja?

Aplikasi yang Tak Kasat Mata

Bukan hanya asyik dengan layar sentuh, yang mungkin disentuh lebih banyak daripada pasangan sendiri itu, tapi juga teknologi "baru" lainnya.

Sebagai contoh, aplikasi pengenal suara ala Siri atau Google Now. Untuk hal tertentu, memang menyenangkan saat aplikasi itu bisa memahami dengan jeals apa yang kita minta.

Namun ketika dia "salah dengar", kemudian perintah harus diulangi, bahkan hingga berkali-kali. Sepertinya akan lebih praktis dengan mengetikkannya langsung.

Tapi, bicara Google Now, jadi teringat insiden yang menyenangkan (sekaligus, bagi sebagian orang, mungkin mengkhawatirkan).

Beberapa waktu lalu, saat hendak ke luar kota, saya mendapati Google Now telah memahami rencana perjalanan yang kebetulan memang dikirimkan ke akun Gmail.

Ia langsung tahu, jadwal perjalanan udara yang hendak ditempuh serta kota apa yang mau saya tuju. Google Now pun mampu memberikan informasi berguna lain seperti perkiraan cuaca dan lokasi menarik untuk dikunjungi.

Menariknya, sebagai pengguna saya tidak perlu melakukan langkah apa-apa untuk mendapatkan sajian informasi itu. Segera setelah tiket elektronik masuk ke Inbox di Gmail, Google Now menjahit sendiri perkiraannya soal perjalanan itu.

Bagaikan sebuah aplikasi tak kasat mata, Google Now tiba-tiba menjelma asisten yang handal sekaligus "mengerikan" karena ini berarti ia membuka email secara otomatis.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com