Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Go-jek "Ngadu" ke Presiden Jokowi

Kompas.com - 05/08/2015, 16:38 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

KOMPAS.com - Pendiri sekaligus chief executive officer (CEO) Go-Jek, Nadiem Makarim, dalam Dialog Komunitas Kreatif di mencurahkan "isi hatinya" ke Presiden Joko Widodo.

Di hadapan Jokowi, Nadiem mengungkap kekhawatirannya terhadap kompetisi yang semakin ketat seiring masuknya pemain-pemain global ke Indonesia. Ditambah lagi para pemain asing itu punya sokongan dana besar hingga ratusan juta dollar AS.

Di sisi lain, ada banyak juga startup Indonesia yang sudah masuk growth stage dan perlu kebebasan menerima investasi baik domestik maupun global.

Dana tersebut, menurut Nadiem diperlukan untuk mengembangkan diri supaya tak kalah dari pemain asing serta naik ke kelas dunia.

"Pada level tertentu kebebasan itu kita butuhkan, untuk menerima investasi atau memberikan insentif pada investor global supaya mereka datang. Sehingga kita bisa menjadi Uber-nya Indonesia, Alibaba-nya Indonedia atau Google-nya Indonesia," ujar Nadiem dalam dialog yang berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Selasa (4/8/2015).

Dukungan kepada programer lokal

Nadiem juga berharap pemerintah membuat kebijakan yang mendukung kehadiran pembuat aplikasi (software engineer) berkualitas.

"Kalau kita lihat 5-10 tahun ke depan engineer yang akan semakin on demand dan menjamin income generasi muda adalah software engineer. Mereka adalah pembangun-pembangun gedung masa depan, tapi bentuknya virtual," ujar Nadiem yang bicara mewakili industri e-commerce, aplikasi dan online.

"Kalau saya bisa bikin regulasi, Pak, saya akan mandatory berikan insentif dari SMA ke atas supaya mereka bisa coding atau software development," imbuhnya.

Menurut Nadiem, profesi tersebut akan sangat bermanfaat bagi masa depan Indonesia, terutama seiring tren digitalisasi. Selain itu, dari sisi ketersedian lapangan kerja pun akan semakin banyak sekaligus jadi profesi dengan pemasukan tinggi.

Harapan lainnya, pria lulusan Harvard ini ingin pemerintah benar-benar memahami industri e-commerce, aplikasi dan online yang digelutinya. Misalnya dengan cara memberikan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri mereka.

"Kami adalah founder yang level idealisnya cukup tinggi. Kami membuat perusahaan bukan hanya mempertimbangkan laba, tapi juga dampak nasional dan sosial tinggi. Jadi ini berkaitan dengan regulasi," ujarnya.

"Kami merasa bisa self-regulate industri kami. Dan kami harap pemerintah punya mindset berbeda, dari wasit menjadi coach, dari regulator menjadi inkubator, dan dari pengawas menjadi teman," pungkasnya.

Dalam dialog tersebut hadir juga berbagai pegiat industri kreatif, seperti musisi, sutradara, animator, developer, pekerja seni hingga pencipta radio kayu. Mereka yang hadir antara lain Lucky Kuswdi, Yovie Widianto, Raisa, Dewi Lestari, dan Ratna Riantiarno.

Jokowi sendiri hadir didampingi Plt. Gubernur Banten Rano Karno, Menkominfo Rudiantara, Menperin Saleh Husin serta Kepala BEKRAF Triawan Munaf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com