Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lokananta", Riwayatmu Mengalir Sampai Jauh...

Kompas.com - 18/11/2015, 23:31 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Bengawan Solo, riwayatmu ini sedari dulu jadi perhatian insani… Mata airmu dari Solo, terkurung gunung seribu, air meluap sampai jauh, dan akhirnya ke laut..

KOMPAS.com – Betul, dua penggal kalimat di atas merupakan lirik tembang teramat lawas, Bengawan Solo. Bercerita tentang sungai yang membelah Solo, Jawa Tengah, dan pernah menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang di sepanjang alirannya yang berakhir di Jawa Timur.

Tapi, tahukah Anda, di mana lagu itu pertama kali direkam? Tahukah juga Anda, seberapa bersejarah tempat rekaman itu maupun nasibnya kini?

Adalah sosok musisi muda Glenn Fredly yang belakangan kembali melambungkan nama tempat rekaman pertama untuk tembang legendaris karya Gesang tersebut. Glenn bahkan membuat album mencuplik nama tempat itu pada 2012, Glenn Fredly & The Bakuucakar Live from Lokananta.    

Betul, nama tempat itu adalah Lokananta dan lokasinya ada di Solo. Sejarahnya pun panjang, tetapi nyaris pula terlupakan seperti banyak situs penting lain dalam perjalanan negeri ini. Bayangkan, seperti apa nasib ribuan keping piringan hitam yang pernah dihasilkan di sini, seberapa banyak suara emas anak negeri yang terkubur berdebu tanpa seorang pun ingat.

"Galau melihatnya. Begitu masuk Lokananta, merinding, enggak ada yang ngomong. Kayak deja vu. Kami cuma bilang, ini nih tempat rekaman DVD live. Semua sepakat dan ini takdir. Segala sesuatu ada waktunya dan ini tempatnya," kata Glenn mengenang kali pertama menapakkan kaki ke bangunan lawas tempat rekaman itu.

Perjumpaan Glenn dengan Lokananta bermula dari pencarian tempat rekaman yang memiliki ruang dan kualitas untuk karya monumental bersama para pemusik The Bakuucakar. ”Saya ingin yang (merupakan) legacy, bisa dibanggakan bersama," kata dia. Glenn pun bermimpi deretan artis muda menyambangi dan berkarya di Lokananta.

Hadir dalam peluncuran album Glenn itu, Andi, karyawan Lokananta. Ini kisahnya soal tempat itu. “Cuma dipakai untuk gamelan dan mati tidak ada aktivitas sama sekali, alat yang ada kami servis sendiri dan berharap tidak ada rayap,” ucap dia lirih.

Tempat ini dirawat 20 karyawan yang lebih banyak mencoba menghidupi diri mereka sendiri demi menjaga 500 masterpiece musik Indonesia di Lokananta. Tak kurang, master lagu kebangsaan Indonesia Raya dibuat dan tersimpan di sini.

Lokananta lahir pada 29 Oktober 1956, berlokasi di Jalan Ahmad Yani 287 Surakarta. Oetojo Soemowidjojo dan Raden Ngabehi Soegoto Soerjodipoero, pegawai RRI Surakarta menjadi pelopornya.

Musisi legendaris yang terkenal dengan ciptaan lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama, Raden Maladi, menjadi penggagas namanya, berdasarkan filosofi dari dunia pewayangan. Lokananta punya arti gamelan dari khayangan yang bersuara merdu. 

Asa pada teknologi

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Rol pita master rekaman di sebuah tembok lobi Gedung Lokananta, Solo, Jawa Tengah.

Adalah teknologi digital dan kemudian menyebar luas lewat internet, asa bagi kelanjutan Lokananta. Lagi-lagi ada sosok anak muda di sana. Salah satu dari mereka adalah David Tarigan dari Irama Nusantara. Sekelompok anak muda tersebut memulai gerakan sosial berlandaskan kesadaran tentang pengarsipan dan pelestarian data musik populer Indonesia.

"Kami ingin melestarikan karya-karya musik asli Indonesia yang semakin sulit dicari. Dengan adanya pengarsipan ini masyarakat Indonesia akan dengan mudah menemukannya. Selain itu kami ingin masyarakat Indonesia saat ini tahu seperti apa perkembangan dunia permusikan di Indonesia, sehingga mereka bisa lebih menghargainya," ungkap David dari Irama Nusantara. 

Mula-mula, Irama Nusantara mengumpulkan data dan mendata semua rekaman fisik musik populer. Tak terkecualikan adalah semua informasi terkait sang artis hingga perusahaan rekamannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com