Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Jadinya jika Listrik di Prosesor Diganti Cahaya?

Kompas.com - 26/12/2015, 15:02 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

KOMPAS.com — Sebuah penelitian dalam bidang prosesor menjanjikan masa depan yang lebih cerah. Mereka memanfaatkan cahaya untuk komunikasi dan transfer informasi pada prosesor.

Hal itu dilakukan peneliti dari University of Colorado Boulder, University of California Berkley, dan MIT.

Mereka mengembangkan chipset untuk menyebarkan data menggunakan cahaya. Selama ini, hal itu dilakukan dengan memanfaatkan listrik.

Sebagaimana dilaporkan DigitalTrends dan dihimpun KompasTekno, Sabtu (26/2/2015), ada 850 komponen optik input dan output terbenam pada chip tersebut.

Lalu, apa pengaruhnya kalau yang digunakan adalah cahaya?

Peneliti mengklaim, prosesor berkekuatan cahaya bisa 10 hingga 50 kali lebih cepat menghantarkan sinyal ketimbang prosesor konvensional.

Lebih spesifik, kecepatannya mencapai 300 Gbps per milimeter persegi.

Listrik selama ini jadi salah satu batasan untuk meningkatkan kecepatan dan kapasitas transfer data prosesor.

"Prosesor cahaya memungkinkan kami merancang sistem elektronik-fotonik kompleks untuk komunikasi yang lebih mumpuni pada sistem komputasi," kata perwakilan peneliti.

Selain soal kecepatan dan performa, penggunaan cahaya juga diklaim bisa menghemat listrik.

Sebanyak 30 persen listrik yang dikonsumsi data center konon digunakan untuk transfer data, informasi, dan komunikasi antara prosesor, memori, dan kartu jaringan.

Sepintas, tak ada perbedaan antara prosesor cahaya dan prosesor elektrik dari sisi bentuk. Ada dua inti berukuran 3 mm x 6 mm terintegrasi pada sebuah sirkuit.

Belum jelas kapan prosesor ini bisa digunakan vendor secara massal. Saat ini sudah ada dua startup yang muncul dari inovasi tersebut. Salah satunya bernama "Ayar Labs", di bawah naungan MIT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com