Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa "Bocoran" Teknologi Baru di Sekuel Avatar?

Kompas.com - 27/01/2016, 09:25 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


KOMPAS.com - Rapalan doa terdengar bersahutan, mendengung. Ratusan makhluk berwarna biru duduk mengelilingi pohon besar dengan sulur ungu benderang, menjadi sumber dengungan itu. Ritmis, mereka saling memegang pundak, khusyuk memohon kesembuhan salah satu dari mereka.

Makhluk-makhluk itu bermandikan cahaya, larut dalam doa. Pijar kebiru-biruan menjalar dari tubuh mereka, juga dari tanah yang mereka pijak. Dilihat dari ketinggian, ritual tersebut menjadi titik besar pijar kebiruan, menyeruak di tengah kegelapan, berpadu dengan jutaan warna lain yang semakin menonjolkan lokasi doa. Nirwana warna.

....

Dua paragraf di atas adalah adegan akhir film Avatar yang sekarang sekuelnya sedang ditunggu-tunggu. Di film itu, sutradara James Cameron memanjakan mata penonton untuk masuk ke negeri Pandora, dunia avatar yang penuh warna.

Lewat Jake Sully, manusia biasa yang kemudian menjadi salah satu pengikut Bangsa Na’vi, penonton  serasa ikut menjejaki detil Pandora. Ingatkah Anda saat Jake kali pertama masuk ke dalam hutan hujan Pandora?

Ia terperangah dengan tanaman besar yang daunnya berpilin dan memancarkan rona merah jambu. Saat disentuh, tanaman itu menguncup, mirip daun tumbuhan puteri malu. Ia juga terkagum-kagum saat berpuluh-puluh ubur-ubur hinggap ke badannya. Hewan kecil penuh warna itu menjadikan dia ikut memancarkan sinar.

Selama 160 menit, penonton serasa menjadi Jake juga. Ikut sesak rasanya dada, saat Bangsa Na’vi khawatir dengan kedatangan koloni manusia ke wilayahnya. Rasanya ikut tak rela “surga” Pandora dihancurkan begitu saja.

Usung teknologi baru

Bagi Anda yang menonton film tersebut di bioskop, kualitas dan ketajaman tiap detail gambar dalam film ini akan sangat kentara. Ya, Cameron tak main-main dengan teknologi yang menyertai serangkaian proses pembuatan film keluaran akhir 2009 itu.

Twentieth Century Fox Laz Alonso beraksi dalam Avatar (2009).

Hasil kalkulasinya, Avatar menelan biaya produksi hingga mendekati angka 237 juta dollar AS. Dalam prosesnya, makhluk biru berlabel Bangsa Na’vi bukanlah tampilan efek komputer semata, tetapi benar-benar dijalani oleh aktor yang terlibat dalam film itu.

Cameron memakai teknologi computer generated imagery (CGI). Ia juga menangkap gerakan aktor dan ekspresi wajah dengan 140 kamera digital. Tak lupa, aktor peran juga dipasangi sensor untuk mendapatkan gesture yang mendetail. Kemudian, untuk penyempurnaan visual di mata penonton, Cameron memakai Fusion 3D Camera.

Dengan kamera berteknologi tinggi tersebut, adegan yang diambil akan menghasilkan kualitas gambar beresolusi tinggi berformat 3D mendetail. Tak heran kalau visual yang dipertontonkan film Avatar membuat penonton terpesona, dan penasaran bakal seperti apa sekuelnya.

Kabar baiknya, Cameron berencana menaikkan kelas perekaman gambar Avatar 2 dengan menggunakan teknologi terbaru. "Ya, saya sedang mempelajari format high frame. Namun, saya belum mengambil keputusan apakah secara keseluruhan film ini akan dibuat dengan format tersebut atau hanya sebagian," tutur Cameron seperti pernah dikutip Techradar.

Perekaman gambar pada proses syuting lanjutan film ini bisa jadi menggunakan kamera beresolusi 4K dengan 48 frame per second high frame. Artinya, gambar yang dihasilkan akan memiliki resolusi 3.840 x 2.160 piksel.

Resolusi itu setara empat kali lebih tajam dibanding teknologi sebelumnya, 1.280 x 720 piksel di standar resolusi high definition (HD) maupun 1.920 x 1.080 piksel untuk full HD. Dengan resolusi yang demikian kaya, mata penonton akan dimanjakan oleh detail dan warna tajam semirip aslinya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com