Mulanya, netizen secara sukarela membagi data personalnya ke layanan internet semisal aplikasi, saat mendaftar (sign-up) sebagai pengguna. Nah, data personal itu menjadi penting bagi pengiklan atau lembaga-lembaga tertentu.
Beberapa layanan internet kemudian mengambil celah ekonomi dengan memonetisasi basis data penggunanya. Strategi itu tak disepakati layanan ride-sharing Grab.
"Kami tidak jual database. Bukan itu cara kami meraup revenue," kata Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, Rabu (2/4/2016), di Restoran Seribu Rasa, Jakarta.
"Kami lebih fokus meningkatkan kenyamanan pengguna lewat experience," ia menambahkan.
Ridzki mengaku bahwa cara meraup keuntungan dengan mengandalkan basis data adalah salah satu yang paling "menggiurkan". Namun Grab sudah memegang komitmen yang jelas ihwal privasi.
Dalam waktu dekat, Grab akan meluncurkan fitur keamanan teranyar yang bakal memperkuat kerahasiaan data pengguna. Belum dibeberkan lebih lanjut mekanisme fitur tersebut.
Disinyalir, fitur itu memungkinkan pengguna dan pengemudi Grab berkomunikasi tanpa saling tahu nomor ponsel masing-masing. Grab belum mau mengiyakan.
"Tunggu saja," ujar Country Head of Marketing Grab Indonesia Kiki Rizki pada kesempatan yang sama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.