Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Intip Teknologi Paling Inovatif Jepang!

Kompas.com - 02/05/2016, 15:00 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Dulu, Jepang mengejutkan masyarakat dunia dengan temuan teknologi kereta peluru Shinkansen. Keberadaan kereta cepat ini sontak memperpendek waktu tempuh para komuter. Bahkan jarak tempuh 515 kilometer dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam saja.

Tak berhenti di situ. Inovasi kereta cepat terus berkembang, hingga bisa melaju sampai 600 kilometer per jam. Kemampuan itu terjadi karena Shinkansen menggunakan teknologi magnetic levitation, yang bisa mengangkat badan kereta setinggi 10 sentimeter dari rel. Magnetic levitation itu kemudian mendorong gerbong-gerbong dengan kekuatan magnet bermuatan listrik.

Dari satu kisah ini saja terasa pantas kalau Jepang dianggap sebagai negara paling efisien dalam mengembangkan kreativitas menjadi inovasi. Sebuah anugerah yang diberikan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) pada 2014.

Thinkstock Ilustrasi kereta cepat.

Dari negara-negara Asia lainnya, Jepang meraih nilai unggul pada 36 indikator yang menjadi ukuran kapasitas dan insentif untuk inovasi. Indikator tersebut mencakup jumlah perguruan tinggi yang berhasil masuk 500 besar dunia, jumlah daftar hak paten, buku, film, tingkat urbanisasi, anggaran riset, dan juga pengembangan.

Lalu, bagaimana cara Jepang berinovasi?

Tahan gempa

Letak geografis Jepang yang berada di antara lempengan Samudera Pasifik menyebabkan negara ini rentan diguncang gempa. Fakta ini membuat warganya tak berhenti mencari solusi untuk dapat memiliki tempat tinggal yang tahan gempa.

Dengan pemikiran itu, beragam konsep bangunan yang lentur dan tak mudah roboh terus bermunculan di Jepang. Belakangan, konsep itu juga diadaptasi pada bangunan minimarket. Menariknya, selain tahan gempa, minimarket ini juga dirancang untuk memiliki cadangan energi agar bisa beroperasi meski aliran listrik terputus saat gempa.

Efisien

Salah satu alasan mengapa Jepang selalu berinovasi adalah demi tercapainya efisiensi. Biasanya, temuan dirancang berdasarkan kebutuhan mereka. Suatu kali, ilmuwan Jepang berhasil menemukan mesin yang mampu mendaur ulang limbah kertas kantor menjadi tisu toilet.

Ide awalnya berasal dari menumpuknya limbah kertas di negara tersebut. Dengan temuan itu, 40 lembar kertas bekas ukuran A4 bisa diubah menjadi satu roll tisu toilet dalam waktu 30 menit.

Futuristik

Gabungan dari pertimbangan kebutuhan dan efisiensi, alat-alat besutan Jepang lalu kerap dihubungkan dengan teknologi futuristik. Ini pula yang kemudian membuat barang-barang dari Jepang kerap “tampil beda” dengan produk negara lain—yang cenderung menawarkan teknologi sama.

Doc. AQUA Japan Coton Handy Washer,mesin cuci genggam.

Sebut saja sebagai contoh, mesin cuci tanpa air untuk pemakaian rumah tangga, AQUA Racooon. Mesin keluaran AQUA Japan— brand yang dulu dikenal dengan nama SANYO—ini memanfaatkan teknologi ozon khusus untuk dapat menyegarkan kembali pakaian dalam keadaan kering. Sehingga pakaian terhindar dari bau tak sedap.

Dengan mesin cuci tersebut, orang tak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan jasa dry cleaning, sebutan untuk proses pencucian tanpa air dan deterjen. Cukup di rumah, pakaian-pakaian yang tidak dapat dicuci dengan air dan deterjen bisa kembali bersih.

Ada lagi alat teramat praktis dari brand yang sama, yaitu COTON Handy Washer. Hanya seukuran genggaman telapak tangan, produk ini dapat membersihkan area kotor pakaian dengan denyutan halus 700 kali per menit. Waktu mencuci pun bisa lebih pendek menjadi dalam hitungan satuan menit. Cocok bagi Anda yang sering melakukan perjalanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com