Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Google Catat Situs-situs yang Kita Kunjungi

Kompas.com - 19/06/2016, 14:03 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

KOMPAS.com - Jika Anda sedang online dan mengunjungi situs tertentu, pada hari apa pun, ada kemungkinan bahwa kunjungan tersebut diketahui serta dicatat oleh Google.

Hal ini diketahui berdasarkan riset yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Princeton mengenai teknologi pelacak pergerakan orang di internet. Caranya adalah mendata kode pelacakan yang biasanya disematkan pada sebuah situs.

Sebagaimana dilansir KompasTekno dari Technology Review, Minggu (19/6/2016), riset tersebut berujung pada penemuan bahwa hampir sebagian besar, dari jutaan kode pelacak yang dipakai oleh situs, merupakan kode milik Google.

Kode tersebut adalah Google Analytics pada sejumlah 70 persen dari total situs yang disurvei, DoubleClick pada 50 persen dari total situs yang disurvei, serta sejumlah alat-alat pelacak milik Google.

Lazim dipakai

Selama ini memang banyak penerbit online yang memakai kode pelacak. Contoh perusahaan besar yang memiliki kode seperti ini adalah Google dan Facebook, selain itu ada juga perusahaan lain, baik berukuran kecil atau besar. Tujuan pembuatan kode ini adalah membantu penargetan iklan.

Gambaran cara kerjanya, Saat Anda mengunjungi sebuah situs, kode pelacak memberikan identifikasi unik. Kemudian identifikasi ini akan dipakai untuk menyusun profil Anda seiring mengunjungi situs-situs lain yang memakai kode serupa.

Jika Anda sering mengunjungi situs yang berisi artikel mengenai kehamilan, bayi, pakaian bayi dan sejenisnya, maka data tersebut akan dipakai untuk merekomendasikan iklan yang kemungkinan besar akan Anda klik.

Bukan untuk iklan semata

Namun perlu dicatat, fungsi pelacakan ini bukan hanya untuk iklan. Dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden bahkan menunjukkan bahwa National Security Agency (NSA) menyadap data pelacakan milik Google untuk mengidentifikasi target yang mereka awasi.

Survei itu dilakukan oleh Arvind Narayanan dan Steven Englehardt dari Universitas Princeton. Sampelnya adalah satu juta situs yang dikumpulkan memakai software khusus milik universitas, yaitu OpenWPM.

Software ini bisa membuka suatu situs dan mencatat teknologi pelacak yang ada di dalamnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com