Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hantu Pun Membantu Penjualan Ponsel Baru

Kompas.com - 22/07/2016, 19:13 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Produk teknologi seperti ponsel pintar selalu diperkenalkan sebagai sesuatu yang futuristik atau datang dari masa depan. Akan tetapi Lenovo lebih memilih suasana rumah angker lengkap dengan hantu seperti pocong dan kuntilanak sewaktu meluncurkan ponsel kelas menengah mereka yakni Vibe K5 Plus di sebuah hotel di Jakarta, Selasa (19/7/2016).

Vibe K5 Plus yang dikenal dengan nama Lemon 3 di pasar Tiongkok merupakan kelanjutan dari seri sebelumnya yakni Vibe K4 Note. Keduanya memiliki benang merah yakni fitur yang mengeksplorasi teknologi realitas virtual (VR) dengan perangkat yang dioptimasi untuk melihat konten melalui perangkat tambahan yakni kaca mata VR. Alat untuk melihat konten VR tersebut biasanya digratiskan untuk setiap pembelian satu unit dalam masa promosi.

Dari lembar spesifikasinya, Vibe K5 Plus memiliki komposisi perangkat keras yang mumpuni dengan harga yang terjangkau yakni Rp 2,5 juta. Para pengguna dengan harga tersebut sudah bisa memiliki ponsel dengan prosesor delapan inti berkecepatan 1,5 gigahertz dengan chipset Snapdragon 616 dari Qualcomm. Satu hal yang mengagumkan adalah kapasitas RAM yang mencapai 3 gigabita meski Lenovo juga menyiapkan varian harga lebih terjangkau dengan RAM berkapasitas 2 gigabita.

Bentang layar ponsel ini adalah 5 inci dengan resolusi definisi tinggi penuh atau 1080x1920 piksel sementara kamera di punggung memiliki resolusi 13 megapiksel yang dipasangkan dengan kamera depan 5 megapiksel. Memiliki badan berbahan metal yakni aluminium, penyimpanan internal ponsel ini berkapasitas 16 gigabita. Lubang kartu memori memungkinkan pengguna untuk mendongkrak kapasitas penyimpanan internal menjadi 132 gigabita.

Dan ponsel yang cukup terjangkau ini juga diperkenalkan dengan balutan tema horor. Country Lead Lenovo Indonesia, Adrie Suhadi, tidak tampil langsung saat peluncuran produk tapi malah tampil sebagai bagian dari konten VR yang diputar saat acara. Dia berdiri membelakangi rumah yang terlihat angker sementara di depannya berjajar hantu-hantu seperti babi ngepet, pocong, tuyul dan kuntilanak. Di sana, Adrie menjelaskan fitur dan kelebihan produk sementara pengguna yang memakai kaca mata VR bisa menengok untuk melihat detail yang lain.

Lisensi

Horor merupakan strategi yang diambil Lenovo untuk mempromosikan teknologi VR yang dihadirkan kembali lewat seri Vibe K5 Plus mereka. Alasannya cukup jitu karena horor bisa mengedukasi pengguna akan keunggulan teknologi VR yang mampu menghasilkan realitas baru bagi mata mereka. Menjerit ketakutan karena kejutan yang datang dari berbagai penjuru merupakan pengalaman yang sulit dilupakan.

Untuk itu Lenovo memilih Digital Happiness sebagai mitra, sebuah studio pengembang gim dari Bandung yang dikenal karena meluncurkan karya dengan nama DreadOut yang dimainkan di komputer. Proyek ini sebelumnya cukup sukses menggalang dana dari situs urunan Indiegogo hingga kemudian dijual reguler di pasar gim digital Steam.

Kisah DreadOut menempatkan Linda Melinda sebagai tokoh protagonis yang harus mengungkap misteri dari sebuah kota saat dia bersama teman-temannya terjebak di sana. Berbekal kamera, dia harus menghadapi kawanan hantu yang gentayangan di sepanjang perjalanannya sembari pelan-pelan mengungkap misteri yang menyelimuti kota itu.

Suasana tersebut diboyong ke dalam permainan VR untuk perangkat telekomunikasi bergerak. Selain bekerja sama dengan membeli lisensi dari DreadOut untuk pemasaran mereka, Lenovo juga akan mendapatkan konten khusus berupa permainan yang memiliki tema serupa dan dikerjakan oleh tim yang sama.

Versi awal dari permainan khusus ponsel ini menempatkan pemain di sebuah lapangan dengan pohon besar dan beberapa bangunan kosong. Pemain bergerak di kegelapan malam hanya mengandalkan cahaya senter. Perspektif pemain berubah sesuai gerakan kepala berkat sensor giroskop di ponsel, sementara perangkat pengendali yang dihadirkan bersama ponsel pintar tersebut digunakan untuk manuver sekaligus mengambil gambar para hantu sebagai cara mendapatkan poin di permainan.

Lenovo berencana untuk membuat permainan ini menjadi sarana untuk membangun pencitraan dari ponsel mereka. Saat berkeliling mempromosikan Vibe K5 Plus, akan digelar turnamen dari permainan DreadOut untuk mencari pemain yang bisa meraih nilai paling banyak.

Rahmad Imron dan Dito Suwardita adalah dua orang di balik proyek DreadOut yang menyatakan kebahagiaannya atas keputusan Lenovo tersebut. Meski tidak menyebut soal nominal dari lisensi dari kisah DreadOut tersebut, hal yang lebih membahagiakan mereka adalah saat hak kekayaan intelektual atau intellectual property yang mereka bangun telah mendapatkan pengakuan.

Tidak hanya mendapatkan hasil dari penjualan gim mereka di kanal seperti Steam, kisah horor di sekitar DreadOut pun bisa dijual.

Selain proyek DreadOut, sebetulnya tim Digital Happiness juga tengah mengembangkan proyek gim horor lainnya yakni Dread Eye yang memiliki kisah dan tokoh yang berbeda tapi secara khusus dikembangkan untuk teknologi VR, kali ini menggunakan teknologi Oculus dengan terhubung ke komputer. Namun, kata Rahmad, pihak Lenovo tetap memilih untuk menghadirkan DreadOut karena sudah memiliki reputasi lebih mentereng di Indonesia.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com