Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Operator Seluler Bantah Tudingan Tak Bangun Jaringan di Luar Jawa

Kompas.com - 26/08/2016, 14:15 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kisruh aturan interkoneksi operator telekomunikasi ditengarai dua perspektif berbeda. Telkom dan Telkomsel sebagai kubu A menganggap penghitungan interkoneksi simetris tak adil karena keduanya mengklaim telah membangun jaringan hingga ke daerah, sedangkan operator lain cuma di perkotaan.

Tudingan tersebut dibantah empat operator lain, yaitu Indosat Ooredoo, XL Axiata, Smartfren, dan Hutchison Tri, yang kita sebut saja sebagai kubu B. (Baca: Pesan Bos Indosat ke XL, Smartfren, dan Tri, Jangan Takut)

Wakil Direktur Utama Tri Danny Buldansyah mengatakan semua operator yang masih beroperasi hari ini pasti sudah membangun jaringan sesuai porsinya berdasarkan modern licensing masing-masing.

"Kalau tidak penuhi komitmen modern licensing, pemerintah sudah cabut izin operasi kami sekarang," kata dia pada rapat dengar pendapat (RDP) Komisi 1 DPR RI, Kamis (25/8/2016) di Gedung Nusantara II, Komplek DPR Senayan, Jakarta.

Danny pun sesumbar pihaknya sudah memenuhi sekitar 83 persen dari total kewajiban jaringan yang harus dibangun berdasarkan izin lisensi. Jadi, kalau dibilang tak ada itikad membangun di daerah, Danny merasa keberatan.

Presiden Direktur Indosat Ooredoo, Alexander Rusli, bernada sama. Ia mengatakan operator bernuansa kuning selalu ingin berkompetisi dan membangun jaringan di luar Jawa. (Baca: Telkomsel Ajak Operator Seluler Lain Bangun BTS di Perbatasan)

"Kami banyak membangun di luar daerah, tapi memang tidak sebanyak Telkomsel. Kakak tertua kami itu sudah menguasai 87 persen market share di luar Jawa dan profitnya besar. Kami masih rugi," ia menjelaskan.

Alex meminta operator kecil diberi kesempatan meraup porsi di daerah. Salah satu caranya dengan menurunkan biaya interkoneksi sehingga operator kecil bisa mengeluarkan produk-produk yang lebih menarik.

Direktur Utama XL Axiata, Dian Siswarini, sepakat dengan dua rekannya. Ia mengatakan sepanjang 2016 sudah membangun sekitar 66.000 BTS. Cakupannya sudah memenuhi 93 persen dari modern licensing yang diberikan.

"Kami menggunakan berbagai strategi untuk membangun kualitas jaringan di daerah. Tantangannya memang di jalur transportasi. Pak Merza (Smartfren) kan akan bangun jalur Palapa Ring dan itu bisa bantu kami menjangkau area pelosok," ia menjelaskan.

Pernyataan Dian ditimpali Direktur Utama Smartfren, Merza Fachys. Ia mula-mula mengatakan basis pengguna Smartfren paling kecil di antara rekan-rekannya, yakni sekitar 11 juta.

Meski demikian, jaringan Smartfren sudah menyelimuti 236 area dan terus membangun di daerah dan kota. Komitmen pembangunan ini tampak pula dari keikutsertaan Smartfren di Proyek Palapa Ring yang sedari awal diketahui tak menguntungkan.

"Konsorsium kami membangun Palapa Ring Barat dan Timur. Kami bikin backbone-nya di daerah paling pelosok," ujarnya.

Ketimpangan kontribusi

Telkom dan Telkomsel merasa paling berkontribusi dan berkomitmen dalam memperluas jaringan di seluruh Nusantara. Direktur Utama Telkom, Alex Sinaga mengatakan, total panjang kabel optik Telkom sebagai backbone mencapai 83.370 kilometer dan akan ditambah 47.270 lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com