Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pajak Saja Tembus Triliunan Rupiah, Google Dapat Duit Dari Mana?

Kompas.com - 22/09/2016, 09:43 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

KOMPAS.com - Google sedang terbelit masalah pajak di Indonesia. Perusahaan internet itu disebut oleh Dirjen Pajak menunggak pembayaran pajak dalam lima tahun terakhir. Utang pajak Google pada 2015 saja ditaksir mencapai Rp 5 triliun. Lantas, dari mana sumber pendapatan Google?

Posisi strategis Google tak lepas dari banyaknya portofolio bisnis yang dimiliki, sehingga pundi-pundi duitnya juga mengalir dari segala penjuru. Selama 2015 saja, penghasilan Google mencapai 75 miliar dollar AS atau Rp 987 triliun.

Bisnis inti Google sendiri adalah mesin pencari. Perusahaan yang lahir dari teras rumah tersebut tak ubahnya "kiblat" informasi bagi masyarakat maya, mulai dari mencari resep makanan hingga harga saham teranyar.

Tak berhenti di mesin pencari, Google kemudian membuat layanan-layanan turunan semacam Gmail, YouTube, Search, Drive, Maps, hingga Play Store. Tiap layanan punya fungsi yang signifikan untuk membantu aktivitas sehari-hari masyarakat modern.

Di sisi lain, Google pun terbantu karena pengguna dengan sukarela -dan mungkin tak sadar- telah menyerahkan informasi personal. Apa musik yang disukai si A? Bagaimana kebiasaan si A menonton YouTube? Apa yang sering dicari si A di Search? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut terhimpun di Google.

Meski terkesan remeh-temeh, informasi itu sejatinya bernilai emas bagi pengiklan agar tepat sasaran dalam memasarkan produk dan jasanya.

Nah, pengiklan ini yang menjadi kunci utama pemasukan Google. Untuk lebih rinci, setidaknya ada lima pintu masuk duit ke kas Google, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Kamis (22/9/2016) dari berbagai sumber.

1. AdWords

Dari 75 miliar dollar AS penghasilan Google pada 2015, sebanyak 52,4 miliar dollar AS (Rp 689 triliun) atau mayoritasnya, berasal dari AdWords. Fitur tersebut memungkinkan pengiklan menjangkau khalayak online dengan beriklan di platform Google.

Jika Anda pernah mencari suatu informasi, misalnya "bunga murah" di kolompencarian Google, Anda bakal mendapati beberapa baris hasil penelusuran teratas yang disematkan embel-embel "Ad". Informasi itu dipasang oleh pengiklan yang menggunakan fitur AdWords Google.

VentureBeat Google AdWords

Tak cuma di Search, AdWords juga malang-melintang di layanan Google lainnya, semisal YouTube dan Maps. Intinya, format iklan yang terpatri di layanan milik Google merupakan AdWords, baik bentuknya banner, teks, video, gambar, rekomendasi, dll.

Rentang pembayaran AdWords pun beragam, sesuai dengan tool yang digunakan pengiklan. Makin banyak tool yang dipakai, iklan akan tersampaikan ke pasar yang spesifik dan sesuai sasaran. Setiap klik yang didapat pengiklan punya nilai bayaran ke Google.

2. AdSense

Fitur iklan ini paling populer di kalangan publisher atau kreator. Pemilik website atau kerap disebut blogger dan kreator YouTube alias YouTuber adalah dua pihak yang mendapat untung paling besar dari AdSense.

Secara singkat, AdSense merupakan sarana beriklan, di mana Google memediasi pengiklan dengan para kreator yang punya massa online. AdSense ini sangat menitikberatkan traffic suatu blog atau view suatu channel YouTube.

AdSense merupakan sumber pendapatan kedua Google setelah AdWords. Pada 2015 lalu, dari keuntungan 75 miliar dollar AS, kontribusi Google AdSense mencapai 15 miliar dollar AS atau setara Rp 197 triliun.

3. AdMob

AdMob sejatinya sama dengan AdSense, namun untuk platform mobile. AdMob ini digunakan oleh para pembuat aplikasi Android.

Jika Anda pernah bermain game atau mengunduh aplikasi di Play Store, biasanya muncul iklan beruba banner di sudut bawah aplikasi atau tiba-tiba muncul di layar depan. Itulah salah satu wujud AdMob.

Perlu digarisbawahi, pada AdWords, AdSense, dan AdMob, pengiklan cuma membayar jika iklannya diklik oleh masyarakat maya. Harga tiap kliknya pun beragam, sesuai dengan tool yang digunakan.

Pada AdWords, duit iklan serta merta masuk ke Google. Sementara itu, pada AdSense dan AdMob, Google harus membagi penghasilan ke kreator.

4. Freemium

Selain AdWords, AdSense, dan AdMob, pendapatan Google lainnya berasal dari layanan Freemium. Jangan harap pendapatan dari sumber ini akan spektakuler seperti yang sudah-sudah.

Digabung dengan pemasukan-pemasukan "receh" Google lainya, kontribusi layanan Freemium ke kas Google cuma 7,2 miliar dollar AS atau Rp 94 triliun pada 2015.

Freemium sendiri merupakan model bisnis di mana Google menawarkan fitur dasar kepada pengguna dengan batasan tertentu. Pengguna harus membayar untuk memaksimalkan fitur tersebut.

Google Biaya langganan baru di Google Drive

Dua contoh Freemium Google yang paling populer adalah Drive dan Analytics. Drive merupakan media penyimpanan untuk menghimpun semua file maya pengguna, baik berupa dokumen email, foto, video, dan lainnya.

Pengguna mendapat penyimpanan gratis hingga 15 GB. Jika ingin menambah kapasitas, bisa membeli paket-paket tertentu. Harga paling mahal adalah 299 dollar AS atau Rp 3,9 jutaan per bulan untuk kapasitas memori 30 TB.

Sementara itu, Analytics merupakan tool Google yang menganalisa performa sebuah website. Tool ini sangat penting bagi perusahaan media online atau website komersil tertentu.

Penggunanya bisa mengetahui berapa banyak traffic yang didapat dalam satu periode, dari mana asalnya, apa yang orang cari sehingga masuk ke situs, dan hal-hal detail lainnya. Paket premium Google Analytic dibanderol dengan harga 150.000 dollar AS atau Rp 1,9 miliar per tahun.

5. Perangkat elektronik

Sejak 2010, Google mulai merambah bisnis perangkat mobile. Di bawah merek Nexus, Google menggandeng beberapa vendor ternama untuk mengembangkan produknya.

HTC menjadi perusahaan pertama yang digandeng Google untuk menghadirkan Nexus One pada Januari 2010 silam. Selanjutnya ada beberapa seri penerus yang rutin meluncur tiap tahun.

Merek Nexus tak terpaku pada smartphone, tapi juga tablet. Sementara itu, untuk produk laptop, Google memilih nama Chromebook.

4 Oktober mendatang, Google dijadwalkan akan merilis smartphone termutakhir. Menurut selentingan kabar, Google kali ini akan melepas nama Nexus dan menggantinya dengan Pixel. Belum ada konfirmasi soal itu.

Google Ilustrasi perangkat-perangkat Google Nexus

Selain lima pemasukan di atas, Google masih punya komponen pemasukan lain yang bentuknya berbagi komisi dengan perusahaan lain seperti Google Shopping, Google Flight, Google Compare, dan sebagainya. Namun, sektor tersebut masih hijau dan belum berkontribusi banyak pada kas Google.

Google dan masalah pajak di Indonesia

Terlepas dari pemasukan segudang, Google kini terbelit masalah pajak di Indonesia. Raksasa internet tersebut diduga melakukan pelanggaran pajak setelah menolak diperiksa Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pekan lalu.

Alhasil, Ditjen Pajak mengatakan akan meningkatkan kasus Google Indonesia ke penyidikan tindak pidana perpajakan. Langkah tersebut bakal diambil jika dalam pekan ini Google bersikukuh menolak pemeriksaan.

Baca: Cara Google Memanfaatkan Celah untuk Menghindari Pajak

Bukan cuma di Tanah Air, masalah pajak Google juga terjadi di negara-negara Eropa seperti Italia, Spanyol, dan Perancis. Inggris yang tahun ini memilih keluar dari Uni Eropa pun sempat bersitegang dengan perusahaan yang berdiri sejak 1998 tersebut.

Google dituding memanfaatkan celah hukum untuk menghindari pajak dari penghasilan jumbo yang diraup di negara-negara operasinya. Di Indonesia sendiri, pungutan pajak perusahaan internet global alias over-the-top (OTT) sedang digodok pemerintah di bawah koordinasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Baca: Masalah Pajak yang Membelit Google di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com