Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Jurus Facebook Perangi Berita "Hoax"

Kompas.com - 21/11/2016, 20:12 WIB
Oik Yusuf

Penulis

KOMPAS.com — Jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook belakangan mendapat banyak sorotan lantaran dipandang banyak menyebarluaskan berita palsu (hoax).

Peredaran informasi ngawur di jagat maya ini ramai disebut sebagai salah satu faktor di balik kemenangan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

Menanggapi hal tersebut, pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg, kembali menegaskan komitmen pihaknya dalam memerangi berita palsu alias fake news atau kabar hoax.

“Kami menangani misinformasi dengan serius,” tulis Zuckerberg dalam sebuah posting di laman akun Facebook miliknya, akhir pekan lalu. “Kami ingin orang-orang agar mendapat informasi yang akurat.”

Dalam posting yang panjang itu, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Wall Street Journal, Senin (21/11/2016), Zuckerberg menjelaskan tujuh langkah yang dilakukan Facebook untuk mencegah peredaran berita palsu.

Ketujuh langkah yang dimaksud adalah:

• Sistem deteksi berita palsu (hoax) yang lebih yang andal

• Mempermudah pelaporan berita palsu

• Menggandeng pihak ketiga berupa organisasi pemeriksa fakta untuk verifikasi informasi

• Memberi label atau peringatan akan kualitas sebuah situs atau isi berita

• Menampilkan artikel terkait yang berkualitas di bawah posting-an

• Memblokir penayangan iklan dari pihak ketiga yang diketahui membuat dan mengedarkan informasi palsu

• Kerja sama dengan jurnalis untuk memperoleh input

“Kami tidak mengintegrasikan atau menayangkan iklan di aplikasi atau situs yang mengandung konten ilegal, misleading, atau bersifat menipu,” sebut Facebook dalam sebuah pernyataan.

Berita palsu adalah salah satu bentuk dari misinformasi yang beredar di Facebook.

Sebelumnya sempat ramai dibicarakan soal akun palsu yang kemudian membuat Facebook menerapkan kebijakan bahwa pengguna harus menggunakan nama asli untuk akunnya (real  name policy) lewat proses verifikasi berupa pencantuman kartu identitas.

Setelah sempat berjalan selama beberapa waktu, kebijakan ini melunak seiring dengan banyaknya protes dari kelompok tertentu yang memang biasa memakai nama lain untuk identitas di dunia maya, misalnya kelompok transjender.

Facebook kemudian membolehkan pengguna untuk menggunakan nama lain, dengan terlebih dahulu menjelaskan detail dan konteks dari situasi yang mengharuskan si pengguna bersangkutan memakai nama tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com