Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Ingin Data Penduduk Muslim, Perusahaan Teknologi Menolak

Kompas.com - 20/12/2016, 11:23 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Sumber BuzzFeed

KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump gemar mengedepankan sikap diskriminatif terdapat golongan tertentu. Pada November 2015 lalu misalnya, dia mengatakan bakal membangun sistem berisi database (register) penduduk Muslim di AS.

Sistem yang kabarnya bakal dibikin melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley itu disebut akan mampu melacak lokasi dan kegiatan orang-orang yang terdaftar di dalamnya.

Tapi sejauh ini belum ada perusahaan teknologi di Silicon Valley yang menyatakan setuju dengan wacana register Muslim tersebut. Apple, misalnya, terang-terangan menolak perlakuan diskriminatif berdasarkan kepercayaan.

“Kami pikir orang-orang harus diperlakukan sama, bagaimanapun cara ibadah mereka, rupa mereka, atau siapa yang mereka cintai. Kami belum diminta (membuat register Muslim) dan akan menetang upaya semacam itu,” sebut Apple dalam sebuah pernyataan yang dirangkum KompasTekno dari Buzzfeed, Selasa (20/12/2016).

Senada dengan Apple, raksasa-raksasa teknologi lain seperti Google, IBM, Microsoft, dan Facebook turut mengatakan belum mendapat permintaan untuk bantu membuat register Muslim dan menyatakan tak mau turut serta. Sementara, Uber menjawab singkat dengan satu kata, yaitu “Tidak”.

Baca: 5 Isu yang Dihadapi Perusahaan Teknologi Setelah Trump Jadi Presiden

“Perusahaan kami punya sejarah panjang menentang diskriminasi terhadap siapa pun atas dasar perbedaan ras, gender, orientasi seksual, atau agama. Perspektif ini tidak akan berubah,” ujar seorang juru bicara IBM.

Usulan register Muslim Trump mirip dengan program serupa bernama National Security Entry-Exit Registration System (NSEERS) yang muncul pasca serangan teror 9/11 tahun 2001.

Ketika itu, NSEERS mengharuskan ribuan warga Arab dan Muslim yang berada di AS agar mendaftarkan diri. NSEERS dibubarkan pada 2011 setelah dikritik menarget imigran dari negara mayoritas Muslim secara tidak adil.

Sebelum diklarifikasi secara resmi oleh perusahaan-perusahan teknologi yang bersangkutan, sebanyak 1.300 pegawai di Silicon Valley telah lebih dulu berikrar tidak akan membantu membikin register Muslim. Para pegawai ini berasal dari berbagai perusahaan, termasuk Google, Apple, Amazon, Uber, IBM, dan Oracle.

Baca: Trump Presiden AS, Silicon Valley Ingin Pisah dan Jadi Negara Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BuzzFeed
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com