Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Ancaman "Cyber" yang Jadi Momok Pengembang Aplikasi

Kompas.com - 09/02/2017, 15:12 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Perusahaan penyedia keamanan aplikasi, F5 Networks, mengumumkan hasil riset terbarunya yang bertajuk State of Application Delivery 2017. Hasilnya menunjukkan bahwa ada tiga ancaman cyber yang saat ini menjadi momok bagi  pembuat aplikasi.

Dari beragam serangan, tiga besar yang ditaksir bakal banyak dicari perlindungannya adalah serangan Domain Name System Security Extension (DNSSEC) sekitar 25 persen, Distributed Denial of Service (DDoS) sekitar 21 persen, serta Web Application Firewall (WAF) sekitar 20 persen.

Kesimpulan tersebut, sebagaimana dikatakan Country Manager F5 Networks Fetra Syahbana, diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 2.156 responden. Masing-masing merupakan orang yang bekerja di sektor teknologi informasi, seperti developer aplikasi, chief technology officer, dan chief information officer atau pegawai TI perusahaan.

Yoga Hastyadi Widiartanto/KOMPAS.com Country Manager F5 Networks, Fetra Syahbana.
Fetra juga mengatakan, salah satu pemicu meningkatkan kebutuhan perlindungan cyber ini adalah perkembangan teknologi telekomunikasi dan smartphone yang pesat. Seiring dibukanya akses jaringan 4G, maka pemasukan operator dari layanan telepon berkurang dan memaksa mereka berinovasi dalam hal layanan yang menggunakan internet atau data.

Sebagai contoh, inovasi tersebut berkutat di seputar pembuatan aplikasi baru yang mempermudah kehidupan penggunanya. Nah, masalahnya tidak semua aplikasi memiliki tingkat pengamanan yang setara dan ada saja yang cenderung rawan.

“Dengan makin banyaknya smartphone, kemudahan akses menggunakan aplikasi, maka keamanan cyber juga makin rentan. Kemudahan akses ini kan ibarat rumah, kalau siapa pun bisa mudah masuk, maka keamanannya lebih rentan,” terangnya saat bincang bersama sejumlah media di Jakarta, Kamis (9/2/2017).

Aplikasi perlu penjagaan lebih ketat. Karena itu berdasarkan survei, kami menemukan perlindungan tersebut akan menjadi tiga tren besar di tahun ini,” imbuhnya.

Untuk diketahui, DNSSEC merupakan seperangkat alat yang bisa mengamankan berbagai informasi dari DNS, sementara DDoS merupakan upaya membanjiri sebuah layanan dengan permintaan palsu sehingga membuat koneksinya terganggu, dan serangan terhadap WAF bisa dicontohkan dengan tindakan deface atau mengubah tampilan sebuah situs.

Posisi F5 sendiri ibarat sebuah penjaga gerbang. Sistem pengamanan miliknya berada di tengah jalur yang menghubungkan perusahaan pemilik aplikasi dengan layanan cloud yang dipakai pemilik aplikasi tersebut.

F5 bisa mendeteksi apakah suatu permintaan (yang dikirimkan oleh pengguna melalui aplikasi buatan perusahaan) mengandung bahaya atau tidak. Selain itu, F5 juga memiliki pusat pengendali yang sanggup mendeteksi asal-usul berbagai serangan yang sedang terjadi.

Baca: Soal Keamanan Cyber, Indonesia Masih Jadi Korban Bully

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com