Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Ransomware WannaCry dengan Virus Komputer "Jadul"

Kompas.com - 15/05/2017, 19:44 WIB
Deliusno

Penulis

KOMPAS.com - Pada Jumat (12/5/2017), warga dunia dihebohkan dengan menyebarnya ransomware WannaCry. Ancaman yang satu ini dianggap sangat berbahaya karena menyandera data-data penting, seperti data pasien di rumah sakit.

Akibatnya, pelayanan rumah sakit di beberapa negara, termasuk Indonesia, mengalami gangguan.

Ancaman virus ransomware itu pun sampai disebut sebagai “terorisme cyber” oleh Semuel Abrijani Pangarepan, Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, karena memang sangat berbahaya. Lantas, apa sebenarnya ransomware itu?

Baca: Rumah Sakit Indonesia Jadi Korban Terorisme Cyber

Ransomware bisa dianggap sebagai jenis serangan cyber yang baru populer belakangan ini. Jauh sebelum ransomware, serangan di dunia cyber memiliki motif dan jenis ancaman yang berbeda.

Perbedaannya, kebanyakan virus yang beredar beberapa tahun silam lebih banyak bertujuan untuk merusak sistem komputer. Sementara itu, virus ransomware merupakan metode penyandera data digital yang ujung-ujungnya meminta tebusan.

Si penjahat cyber bakal menyandera atau mengunci data yang baru bisa dibuka setelah korban membayar uang tertentu.

Virus yang beredar pada awal-awal zaman internet sebenarnya juga terkait dengan uang. Jika komputer rusak, si korban harus mengeluarkan uang untuk memperbaikinya. Meski begitu, penjahat cyber tidak mendapatkan uang dari korban.

Rusaknya sistem komputer yang diakibatkan virus untuk kalangan individu atau rumahan memang tidak akan terlalu terasa. Tingkat kerugiannya hanya terkisar di antara jutaan hingga belasan juta rupiah.

Namun, jika dilihat dari skala perusahaan, tingkat kerusakan yang diakibatkan program jahat atau virus ini bisa menimbulkan kerugian hingga ratusan juta, bahkan hingga triliunan rupiah.

Virus semacam itu bisa merusak data sehingga tidak bisa diakses saat dibutuhkan. Tentu saja, data merupakan salah satu aset berharga bagi perusahaan. Kerusakan sistem komputer juga seringkali memaksa para TI untuk mengganti sistem yang tentunya membuat perusahaan untuk merogoh kocek sangat dalam.

Salah satu contoh virus yang mungkin paling terkenal hingga saat ini adalah ILOVEYOU. Virus tersebut diperkirakan membuat total kerugian hingga 8,75 miliar dollar AS.

Virus Love Bug ini masih dianggap sebagai salah satu virus paling merusak. ILOVEU mampu menginfeksi lebih dari 50 juta komputer hanya dalam 9 hari dan menyebabkan beberapa situs militer mematikan jaringan demi membasmi ancaman ini.

Baca: Begini Cara Menangkal Serangan Ransomware WannaCry


http://www.trueit.com/ Ilustrasi virus komputer
Virus ini mampu mengakses nama kontak dari daftar software e-mail Microsoft Outlook. Jika pengguna membuka pesan “I Love You” di e-mail, ancaman itu akan mereplikasi diri dan mengirimkan pesan ke kontak di Outlook.

Penerima yang tidak tahu apa yang terjadi akan membuka dokumen tersebut yang mengakibatkan sebagian besar file ditimpa virus tersebut.

Baru "mainstream"

Ransomware sejatinya bukan "barang" baru di dunia cyber. Namun, tampaknya, para penjahat cyber baru menyadari bahwa program jahat ini lebih "mudah" digunakan untuk mendapatkan penghasilan ketimbang virus yang notabene hanya membuat komputer korban rusak.

Apa sebenarnya virus ransomware itu? Sama seperti namanya, program jahat itu mampu menyandera data yang ada di komputer korban. Data-data yang ada dienkripsi sehingga tidak bisa dibaca oleh sistem.

Untuk membuka enkripsi itu, korban harus memasukkan password yang bisa didapatkan dengan membayar sejumlah uang tertentu kepada si penyandera data.  

Sebagaimana KompasTekno rangkum dari NYTimes, Minggu (14/5/2017), ancaman berumur satu dekade itu sebenarnya sudah bertahun-tahun "menghantui" individu atau perusahaan. Meski begitu, kisah ransomware baru benar-benar banyak didengar sejak peristiwa WannaCry.

Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII) Tampilan nota (ransom note) di layar komputer yang terinfeksi ransomware WannaCry. Data di komputer dikunci dengan enkripsi dan ransomware meminta tebusan senilai 300 dollar AS (Rp 4 juta) dalam bentuk Bitcoin. Alamat dompet digital untuk pengiriman Bitcoin ditampilkan dalam nota.
Melalui peristiwa WannaCry, para penjahat di dunia komputer seperti ingin memperlihatkan, telah menemukan cara efektif untuk mendapatkan uang dalam waktu sesingkat mungkin. Daripada lama menunggu sistem komputer rusak, lebih baik langsung memaksa para korban menyerahkan uang.

Si penjahat di kasus WannaCry meminta uang senilai 300 dollar AS atau sekitar Rp 4 juta dalam mata uang Bitcoin. Cukup kecil untuk ukuran perusahaan. Namun, skala kasus virus WannaCry begitu besar, membuat para penjahat diyakini mampu meraih uang dalam jumlah sangat besar.

Kasus virus WannaCry sendiri diketahui menimpa beberapa rumah sakit besar di Indonesia. Selain itu, di belahan negara lain, ransomware jenis ini menyebar ke perusahaan FedEx di AS, rumah sakit di Inggris, perguruan tinggi di China, hingga lembaga pemerintah di Rusia.

Perusahaan otomotif raksasa Renault pun mengaku bahwa cabang perusahaan di Perancis juga tertular WannaCry. Pabrik Renault di Slovakia pun terpaksa ditutup untuk sementara karena masalah tersebut.

Baca: Ini Ciri-ciri Komputer Windows yang Terinfeksi Ransomware WannaCry

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com