JAKARTA, KOMPAS.com - LG akhirnya merilis smartphone seri G6 yang merupakan pamungkasnya. Sebagai smartphone yang berada di kelas teratas lini produk LG, seri ini dibekali dengan berbagai fitur lengkap untuk memanjakan penggunanya.
KompasTekno sempat menjajal LG G6 seri pra-perilisan di Indonesia dalam waktu cukup lama, sekitar tiga pekan. Selama itu pula kami merasakan berbagai kekurangan dan kelebihan LG G6.
Soal kelebihan yang KompasTekno rasakan atara lain berupa mulusnya kinerja smartphone, kamera dengan hasil jepretan yang jernih, daya tahan baterai hingga seharian, serta desain layar yang enak dipandang.
Sementara itu kekurangan yang dirasakan antara lain pemindai sidik jari yang cenderung kurang akurat, casing belakang yang ternyata mudah tergores, dan chipset Snapdragon 821.
Lebih detailnya, berikut ini ulasan KompasTekno mengenai smartphone pamungkas LG G6.
Desain
LG merancang G6 dengan layar berukuran 5,7 inci yang menutupi sekitar 80 persen bagian depan ponsel. Bezel atau bingkai di tepi kanan dan kiri layar terlihat sangat tipis. Kemudian rasio layar dipatok pada 18:9, mirip dengan Samsung Galaxy S8.
Rancangan demikian tergolong unik, apalagi mengingat sebagian besar ponsel memakai rasio layar 16:9. Namun rasio 18:9 ini justru menjadi salah satu kelebihan yang menarik karena konten bisa ditampilkan dalam bidang yang lebih luas.
Misalnya bila sedang membaca situs berita akan terasa bahwa layar tersebut begitu panjang dan muat lebih banyak. Begitu juga ketika membuka media sosial.
Sayangnya tidak semua aplikasi bisa memanfaatkan layar 18:9 ini. Kebanyakan game bakal tampil dengan kotak hitam di tepi kanan dan kiri layar meski sudah dalam mode full-screen.
Pengguna toh tetap memiliki pilihan. LG memberikan opsi app scalling untuk mengubah skala tampilan tersebut. Ada tiga yang bisa dipilih, yakni 16:9, 16,7:9 atau 18:9.
Sedangkan dalam pemakaian sehari-hari, IP68 membuat pengguna tak perlu khawatir bila menggunakan ponsel ini di bawah siraman hujan atau tak sengaja menumpahkan air di atasnya.
Kami juga sempat mencoba meletakkan LG G6 dalam baskom air, meletakkannya di bawah guyuran air keran, dan sekadar menyiram atau menyemprotkan air ke smartphone tersebut. Semua percobaan itu sama sekali tak merusak LG G6.
LG menempatkan tombol home di bagian belakang smartphone. Tombol ini berada tepat di bawah kamera utama, sekaligus berfungsi sebagai pemindai sidik jari.
Desain seperti ini memudahkan pengguna saat ingin membuka kunci layar menggunakan sidik jari. Misalnya cukup menyentuh tombol tersebut menggunakan jari telunjuk yang memang berada di casing belakang ketika pengguna sedang menggenggam smartphone.
Untungnya, LG G6 punya fitur Knock On. Jika gagal membuka layar memakai sidik jari, pengguna tidak perlu repot-repot menekan tombol home untuk memasukkan kode atau pola pembuka kunci. Cukup ketuk layar dua kali untuk menyalakannya, baru kemudian memasukkan kode atau pola.
Cara membuka layar ini memang terkesan sepele. Tapi kami dengan tangan yang mungil dan ukuran smartphone yang cukup besar, rasanya akan repot jika harus menekan tombol di bagian belakang smartphone sebelum memasukkan kode di layar depan.
Di bagian tepi bawah LG G6 terdapat sebuah port USB tipe C dan grill speaker. Sedangkan di bagian atasnya masih ada port audio 3,5 milimeter, sehingga pengguna tidak perlu repot-repot membeli headset bluetooth atau USB tipe C untuk mendengarkan musik.
Kinerja dan ketahanan baterai
Salah satu hal yang disayangkan dari LG G6 adalah chipset-nya masih memakai Qualcom Snapdragon 821. Walaupun punya kinerja mumpuni, seri ini merupakan chipset lawas yang sudah berusia setahun. Sementara itu Qualcomm sudah mengeluarkan penerusnya, yakni Snapdragon 835 yang lebih canggih.
Kinerja LG G6 dengan Snapdragon 821 sendiri tidak mengecewakan. Selayaknya sebuah ponsel kelas flagship, semua hal bisa dilakukan dengan mulus. Mulai dari buka tutup aplikasi hingga soal perpindahan dari satu aplikasi ke aplikasi lain.
Sepanjang mencoba LG G6 ini kami mengisinya dengan berbagai aplikasi dasar yang kerap dimasukkan ke dalam ponsel pengguna. Aplikasi tersebut adalah media sosial Path, Instagram, Facebook, pesan instan WhatsApp dan Line serta game. Kemudian ada juga aplikasi Snapseed, Squareroid dan VSCO yang kerap di pakai untuk mengolah foto sebelum dibagikan ke media sosial.
Berikut ini benchmark dari PC Mark dan Antutu yang menunjukkan poin kinerja LG G6.
Soal game, kami pasang mulai dari yang ringan, terhubung dengan internet terus menerus, hingga yang memiliki grafis tiga dimensi. Mereka adalah Clash Royale, Fallout Shelter, Sniper, Frontline Commando 2, Battle Ray, Modern Combat hingga World of Tanks.
Dari judul-judul tersebut, yang paling terasa menguras kinerja serta daya baterai adalah World of Tanks, Clash Royale, dan Fallout Shelter. Kami mencoba memainkan ketiga game tersebut secara bergantian dengan baterai masih 100 persen. Saat itu masih jam 16.30 sore.
Setelah sekitar dua jam, baterai hanya berkurang lebih kurang 20 persen saja. Kami kemudian berhenti memainkan game, beralih dengan kegiatan menjelajah internet, membaca situs-situs, membuka media sosial, mengedit foto, hingga akhirnya membiarkan ponsel dalam kondisi stand by di sekitar jam 10.00 malam.
Selanjutnya pada pagi hingga siang hari, pemakaian yang dilakukan cenderung ringan. Hanya sesekali membuka media sosial atau mengunjungi situs tertentu, tanpa memainkan game. Dengan cara pemakaian seperti ini, pada jam 14.00 siang, baterai LG G6 masih tersisa 10 persen.
Dalam kondisi lain, misalnya saat kami memakai LG G6 di sepanjang jalur Trans Flores, Nusa Tenggah Timur, daya tahan baterai rata-rata 12 jam saja. Saat itu aplikasi yang kerap dipakai adalah media sosial, Google Maps, WhatsApp, Line, dan adakalnya membuka game Clash Royale atau Fallout Shelter.
Namun kondisi sinyal di sepanjang jalan tidak stabil. Adakalanya mendapatkan 4G, adakalanya sinyal turun menjadi 3G, 2G, bahkan hilang selama beberapa jam.
Pemaparan tersebut sebagai referensi saja karena pada dasarnya daya tahan baterai memang tergantung pada intensitas penggunaan smartpone dan berbagai faktor lain. Kapasitas baterai LG G6 sendiri hanya 3.300 mAh.
Kamera Unggul
LG G6 dibekali dengan dua kamera utama yang masing-masing memiliki resolusi 13 megapiksel. Sedangkan kamera depannya berupa kamera tunggal dengan ketajaman 5 megapiksel.
Kamera LG G6, baik kamera depan maupun belakang, sama-sama memberi hasil pemotretan yagn baik, unggul digunakan dalam kondisi cahya berlimpah, menghasilkan gambar yang detil, serta kontras dan saturasi yang pas.
Foto menggunakan mode tele dan wide sama-sama memberikan detil, saturasi, dan kontras yang memuaskan. Kelebihan kamera ini adalah warna yang dihasilkan cenderung mendekati kenyataan.
Hasilnya foto yang dijepret menggunakan kamera utama LG G6 cenderung penuh dengan noise, detil yang seolah berlumpur saat di zoom, dan warna yang terlihat pudar.
Secara garis besar, kami menyimpulkan bahwa kamera LG G6 bisa diandalkan dan menghasilkan foto dengan kualitas detil, warna, saturasi serta kontras yang baik.
Kelebihan lainnya adalah mode auto-HDR yang disematkan pada kamera utama itu. Bila kondisi pencahayaan ekstrim, misal ada bagian gelap di foreground sedangkan backgroud terdapat cahaya terang, maka pengguna HDR ini dapat aktif secara otomatis.
Efek HDR akan secara otomatis mengoreksi shadow agar menjadi lebih terang dan background agar lebih gelap. Koreksi shadow ini ada dalam tahap yang berimbang, cukup untuk memperlihatkan detil objek dan tetap menjaga gradasi dari terang ke gelap di bagian tersebut.
Contohnya dapat dilihat dari kedua foto di bawah ini. Foto pertama memperlihatkan kondisi foreground yang gelap, sebagai kompensasi untuk mengelola background agar tidak over expose dan kehilangan detil.
LG G6 bukan cuma handal dalam urusan menangani aplikasi dan jepretan kamera. Smartphone pamungkas LG ini juga dibekali dengan fitur audio Quad Digital-to-Analog Converter (DAC) untuk mengolah kualitas suara yang keluar dari earphone, headphone atau speaker.
Seperti diketahui DAC merupakan alat untuk mengolah sinyal audio digital menjadi sinyal audio analog. Cara demikian membuat kualitas suara yang didengar oleh pengguna meningkat. Misalnya menjadikan suasana panggung lebih terasa, bass lebih dalam, posisi instumen musik dapat dirasakan hingga memunculkan detil-detil suara instrumen.
Tentu saja peningkatan kualitas audio itu membutuhkan syarat selain keberadaan Quad DAC. Syarat tersebut adalah file musik yang dimainkan di LG G6. Pengguna mesti memakai file musik lossless atau tanpa kompresi agar dapat merasakan kualitas Quaq DAC secara maksimal.
Salah satu contoh format musik lossless yang kerap dipakai adalah FLAC. KompasTekno sendiri mengujinya menggunakan file musik FLAC 24 bit dengan sampling rate 96 Khz. Lagu yang dimainkan adalah Blue Train dan Lazy Bird karya John Coltrain, I Feel It Coming karya The Weeknd, serta Side to Side karya Ariana Grande.
KompasTekno memasang headphone Audio Technica MSR7 mendengarkan file musik tersebut dengan menyalakan fitur Quad DAC atau mematikannya. Perbedaan yang paling terasa dari QAD DAC ini adalah semakin nyaring dan detilnya suara yang dihasilkan.
Misalnya pada lagu Side to Side, saat Quad DAC menyala rentang suara bass akan terdengar lebih luas. Gemuruh sub-bass yang ada di ujung setiap dentuman akan terdengar lebih jelas ketimbang ketika fitur tersebut dimatikan.
Begitu pula saat mendengarkan lagu Blue Train, Lazy Bird dan I Feel It Coming, suara masing-masing instrumen jadi lebih detil, lebih jelas dan tidak bercampur aduk. Bass terdengar jelas tanpa ada kesan mendominasi instrumen lain yang frekuensinya lebih tinggi.
Kesimpulan
LG G6 memiliki kinerja mumpuni dalam hal kamera, audio hingga pemrosesan berbagai aplikasi. Namun sebagai smartphone flagship, harga banderolnya tentu saja tidak murah, yakni Rp 10 juta.
Melihat harga tersebut tentu saja LG G6 cenderung cocok dipakai oleh pengguna segmen premium yang rela merogoh dompetnya dalam-dalam demi mendapatkan segala fitur menarik yang ditawarkan.
Jika Anda tergolong demikian, tidak khawatir soal budget dan mendambakan kualitas, maka LG G6 ini cocok berada di tangan Anda. Kualitas kameranya bisa diandalkan untuk mengabadikan berbagai momen, tidak kalah dengan smartphone flagship lain seperti iPhone 7, Pixel, atau Samsung Galaxy S8.
Kekurangannya memang chipset yang ketinggala, yakni Snapdragon 821. Sedangkan flagship lainnya sudah memakai Snapdragon 835. Tapi toh berbagai aplikasi dasar, produktivitas dan game tetap bisa dijalankan dengan mulus.
Fitur Quad DAC yang ada di dalamnya juga tergolong unik karena tidak dimiliki oleh flagship lain. Keberadaannya bisa memanjakan telinga pengguna yang senang mendengarkan musik.
Kelebihan
+ Kamera ganda memberikan pilihan wide dan tele dengan hasil jepretan yang baik
+ Quad DAC membuat kualitas suara balance
+ Baterai tahan lama
Kekurangan
- Pemindai sidik jari kurang sensitif
- Casing belakang rawan goresan
- Chipset masih lawas, yakni Snapdragon 821