BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Panasonic

Dilihat Pun, Sayur Bisa Bikin Sehat

Kompas.com - 08/06/2017, 13:33 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

KOMPAS.com - Sayur-sayuran berwarna hijau kerap kali disuguhkan dengan maksud agar badan sehat, sekalipun ada saja orang yang menggeleng ketika disuruh memakannya. Walau begitu, dilihat saja, sayuran hijau bisa berdampak positif pada kesehatan kita.

Warna hijau seperti pada sayur secara khusus membangun nuansa rileks, sadar maupun tidak sadar. Pengaruh warna dan kaitannya dengan tubuh sendiri sudah dipelajari dalam ilmu yang dinamakan chromotherapy atau juga disebut color therapy, ataupun colorology.

Ilmu warna sebagai penyembuh pada awalnya dikembangkan oleh filsuf Persia, Avicenna atau juga dikenal Ibnu Sina, pada abad ke-18 lewat The Canon of Medicine (Al-Qanun fi al-Tibb), satu dari lima buku yang diselesaikannya pada tahun 1025. Ilmu ini sendiri pada masanya juga berkembang di China dan Eropa.

“Ia menajamkan seni penyembuhan menggunakan warna serta memperjelas vitalnya warna dalam diagnosis dan penyembuhan,” tulis Samina T Yousuf Azeemi dan S Mohsin Raza dalam artikel "A Critical Analysis of Chromotherapy and Its Scientific Evolution" di situs National Center for Biotechnology Information di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat.

Ilmu ini terus berkembang dan melalui kritik, analisis, hingga uji coba. Pada akhirnya, ilmu tentang pengaruh warna pada kesehatan berada di tengah masyarakat.

Pengaruh hijau bagi kesehatan salah satunya diwujudkan ketika arsitek Frederick Law Olmsted membangun taman besar Central Park di New York yang pada awalnya punya luas 351 hektar pada tahun 1857.


Reza Wahyudi/KOMPAS.com Suasana di sekitar kawasan Central Park, New York, AS, hasil jepretan kamera Galaxy Note 7, Rabu (3/8/2016).

“Sebuah lahan besar yang hijau harus ada di tengah masyarakat untuk dinikmati. Fakta ilmiah menunjukkan bahwa kontemplasi dengan alam mendukung kesehatan dan intelektualitas manusia,” ujar sang arsitek dikutip National Geographic dalam “This Is Your Brain on Nature”.

Percuma di layar digital?

Mengapa warna hijau lantas akrab dengan efek menyehatkan alih-alih relaksasi? Menurut pendapat Times of India dalam artikel “7 Relaxing Colors and How They Affect Your Mood”, warna hijau berefek demikian karena menyimbolkan alam.

Psikolog Stephen Palmer dan Karen Schloss bersama Universitas California, Berkeley, dalam sebuah tesnya pada sekelompok mahasiswa mendapati kesimpulan bahwa kecenderungan orang menautkan makna suatu warna bergantung pada benda apa yang tipikal dengan warna tersebut.

Kutipan dalam artikel “Attraction to the Color Green” di Totallandscapecare.com itu menguatkan kesimpulan pada artikel dalam Times of India sebelumnya bahwa karena hijau menyimbolkan alam, warna tersebut dianggap memberikan rasa nyaman sehingga memicu perasaan harmonis yang meredakan kecemasan serta menolong kita untuk tetap tenang dan merasa segar.  Makanya, melihat sayuran hijau tanpa dimakan pun bisa berefek relaksasi.

Lantas bagaimana jika sayuran hijau dilihat pada layar digital seperti TV? Jawabannya bisa jadi percuma jika kita terjebak pada anggapan yang salah tetapi telanjur awet karena terus terbawa zaman.

“Menonton TV terlalu lama bisa merusak mata” sebenarnya adalah mitos yang muncul gara-gara kegagalan sebuah produk TV di tahun 1960-an. TV yang akhirnya ditarik dari peredaran itu disebut mengeluarkan radiasi 100.000 kali dari level yang ditetapkan lembaga resmi kesehatan di Amerika Serikat. Sayangnya, mitos itu awet meski TV sudah berubah, bahkan hingga kini.

 

Shutterstock Ilustrasi

“Menonton televisi tidak akan menyebabkan kerusakan fisik apa pun pada mata Anda,” ujar dr Lee Duffner dari American Academy of Ophthalmology seperti dikutip Scientific American.com dalam artikel “Earth Talk TV Eyesight”. Walau demikian, istirahat dari menonton TV perlu agar urat mata tidak tegang.

Lalu bagaimana dengan anak-anak yang pada akhirnya memakai kacamata karena kerap menonton terlalu dekat? Debra Ronca yang menulis “TV Bad for Eyes” untuk How Stuff Works menjelaskan bahwa ada yang terbalik dengan anggapan tersebut.

“Anak-anak menonton TV dalam jarak dekat belum tentu menyebabkan daya pandang mereka berkurang (lalu menyebabkan mereka pakai kacamata). Mereka menonton lebih dekat bisa jadi karena daya pandangnya memang kurang (sejak lahir) dan Anda tidak tahu soal itu. Kalau demikian, coba bawa mereka untuk tes mata,” ujarnya.

TV setelah tahun 1968 sudah jauh dari radiasi, bahkan kini kian jernih untuk menggambarkan hijaunya aneka sayur yang menciptakan relaksasi.

Seiring zaman, kualitas detail warna pada TV meningkat dari mulai kemunculan TV plasma, lalu LED, dan terakhir ada Hexa Chrome.

Dari TV Hexa Chrome, warna alam kemudian diterjemahkan dengan kaya karena ada modifikasi penambahan warna cyan, magenta, yellow (CMY) ke tiga sumbu warna primer red, green, blue (RGB). Dengan demikian, total ada 6 kombinasi warna di TV buatan Panasonic itu.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com