JAKARTA, KOMPAS.com - Xiaomi makin serius di Indonesia. Sempat vakum selama lebih dari setahun, Xiaomi melakukan comeback pada 2017. Lalu pada kuartal 3 ini, Xiaomi berhasil masuk jajaran 5 besar vendor smartphone di Tanah Air, menurut data firma riset IDC.
CEO Xiaomi, Lei Jun pun mengutarakan keinginan pihaknya untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Salah satu cara realisasi yang tengah dipertimbangkan adalah dengan membangun pusat riset.
“Ini termasuk juga untuk pengembangan konten atau produk lokal di Indonesia,” ujar Jun dalam sesi wawancara, usai peluncuran Xiaomi Redmi 5A di Jakarta, Rabu (20/12/2017).
Menurut Jun, apabila nanti jadi dibangun, pusat riset Xiaomi akan menjadi tempat pengembangan teknologi. Sebagai perusahaan yang mengandalkan hal-hal inovatif, dia mengatakan Xiaomi menghargai hak kekayaan intelektual dan mengucurkan banyak dana untuk riset inovasi teknis.
Kendati demikian, Jun mengaku belum bisa mengungkapkan informasi lebih detail mengenai berapa persisnya nilai investasi yang tengah dipertimbangkan, ataupun mengenai rencana pembangunan pusat riset di Indonesia.
“Nilai yang pastinya sedang dibahas. Nanti kalau sudah dipastikan, akan kami sampaikan,” ujar Jun singkat.
Pasar penting
Indonesia di mata Xiaomi adalah wilayah pasar internasional yang paling penting, dalam upaya mengembangkan sayap ke luar China, negeri asalnya.
Jun mencontohkan keseriusan Xiaomi dengan meningkatkan jumlah tim Xiaomi di Indonesia, dari hanya sembilan orang tiga bulan lalu, kini bertambah menjadi 44 orang.
Selain Indonesia, Xiaomi juga jor-joran menggarap pasar India. Di pasar India, Xiaomi berhasil memepet Samsung sebagai pimpinan pasar smartphone dengan perolehan market share di kisaran 20 persen, menurut data firma riset pasar IDC kuartal III-2017.
Baca juga: Daftar 5 Besar Merek Smartphone di Indonesia
Sementara itu, di Indonesia, Samsung masih memimpin dengan perolehan pangsa pasar 30 persen. Xiaomi duduk di urutan ke lima dengan market share 5,2 persen.
“Kami masuk ke pasar Indonesia dan berharap bisa berkembang dalam jangka panjang,” ujar Jun. “Karena itu kami butuh banyak tenaga kerja dan tenaga ahli dari Indonesia untuk bergabung dan membantu mewujudkan tujuan tersebut.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.