Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

E-Gamelan Bakal Dimainkan di UNESCO

Kompas.com - 19/03/2018, 17:19 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Alat musik gamelan digital, yang dapat dimainkan melalui perangkat tablet, karya mahasiswa asal Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang bakal unjuk gigi di tingkat dunia.

Rencananya, musik dagelan yang dimainkan dari aplikasi "e-gamelanku" itu bakal diperdengarkan di markas besar United Nations Educational, Scientific dan Cultural Organization (UNESCO) di Prancis.

Kelompok pemusik yang menggunakan "e-gamelanku" bakal tampil di UNESCO pada Juni dan Juli 2018 mendatang. Mereka akan bermain di dalam festival bertajuk ‘Dances And Music of The World’.

Rektor Udinus Edi Noersasongko menjelaskan, e-Gamelanku merupakan salah satu inovasi dari kampusnya untuk melestarikan kesenian di Indonesia. Ia menilai, alat musik dari Indonesia mulai menghilang di tengah perkembangan zaman.

Oleh karena itu, pihaknya menciptakan aplikasi pada salah satu alat musik agar bisa terjaga eksistensinya.

"Melalui E-Gamelanku ini bisa jadi semangat baru bagi gamelan di Indonesia. Kami bangga Egamelanku diundang di UNESCO. Harapan kami tentu agar E-gamelanku jadi ikon bagi Indonesia,” kata Edi, Senin (19/3/2018) di Semarang, Jawa Tengah.

Edi menerangkan, UNESCO secara khusus meminta pihak Udinus mempersiapkan agar E-gamelanku dapat tampil di acara tersebut. Rencananya, rombongan pemsuk e-gamelanku juga bakal mampir di Animation Park Disneyland dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris, Prancis.

Kepala Humas Udinus Agus Triyono menambahkan, dalam festival Dances And Music of The World’ akan dinyanyikan delapan buah tembang Jawa.

Udinus pun menyiapkan setidaknya 30 orang yang terdiri dari 15 mahasiswa dan 15 dosen. Mereka saat ini tengah mempersiapkan tampil di UNESCO.

“Ini misi melestarikan budaya Indonesia di kancah internasional,” ucapnya.

Sebelum di markas UNESCO, kelompok pemusik e-gamelanku juga pernah tampil di festival di Taiwan dan Singapura. Aplikasi itu juga telah mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual atau HAKI dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

E-gamelan dikembangkan atas hibah penelitian dari Dikti yang diberikan pada tahun 2009-2010 lalu. Koordinator tim e-gamelan, Tyas Catur Pramudi menjelaskan, gamelan elektronik diciptakan secara berkala.

Untuk memperoleh suara gamelan secara baik, timnya pertama kali melakukan proses perekaman gamelan pusaka dari Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Dua keraton itu dinilai sebagai simpul pelestari gamelan yang masih ada hingga saat ini.

“Tujuan kami ingin meningkatkan sikap afektif anak muda, sehingga bisa diarahkan mengenal gamelan,” kata Catur.

Pengembangan gamelan digital menjadi penting lantaran saat ini semakin jarang ditemukan. Selain itu, gamelan relatif mahal, serta tidak semua pihak memiliki.

Beberapa alunan gamelan berhasil dinyanyikan antara lain lantu,ran Saron, Peking, Bonang Barung, Bonang Penerus, Gong, Kenong, Demung dan Slenthem. Semua suara itu disetel dari dalam layar perangkat tablet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com