Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karyawan Google Tolak Program yang Melanggar "Jangan Berbuat Jahat"

Kompas.com - 06/04/2018, 13:05 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Sebanyak 3.100 karyawan Google menandatangani surat protes yang dialamatkan ke CEO Google, Sundar Pichai.

Mereka meminta bos Google tersebut untuk menarik keterlibatan raksasa search engine itu, dalam Project Maven yang diinisiasi oleh Kementrian Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang bermarkas di Pentagon.

Project Maven akan digunakan untuk menganalisis rekaman drone berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence /AI) dan menggunakan "Wide Area Motion Imagery" (WAMI) untuk mendeteksi obyek asing lain, melacak gerak mereka, dan menyerahkan data tersebut ke Pentagon.

Para pegawai Google menganggap kerja sama tersebut, tidak pantas dilakukan karena bertentangan dengan nilai-nilai utama Google yang mengemban moto "don't be evil" (jangan berbuat jahat).

Surat protes dari pegawai Google untuk CEO Google, Sundar Pichai yang menuntuk dibatalkannya kerjasama pengnembangan teknologi AI dalam militer.New York Times Surat protes dari pegawai Google untuk CEO Google, Sundar Pichai yang menuntuk dibatalkannya kerjasama pengnembangan teknologi AI dalam militer.

Mereka menuntut dikabulkannya dua hal. Pertama, mereka meminta Google membatalkan proyek tersebut dengan segera.

Baca juga : Pimpinan Induk Google Bergabung ke Pentagon

Lalu, tuntutan kedua, para pegawai meminta perusahaannya untuk memuat, mempublikasikan, dan menerapkan kebijakan yang jelas, yang menyatakan bahwa Google maupun kontraktornya-dalam hal ini Pentagon-tidak akan membangun tekonologi perang.

Tak hanya Google, beberapa perusahaan pertahanan seperti Raytheon dan General Dynamics juga terlibat dalam proyek tersebut, bersama dua raksasa teknologi lain, yakni Microsoft dan Amazon.

Proyek ini bermula setahun lalu, dan baru bulan Maret kemarin, Google mengumumkan jika mereka menawarkan Kementerian Pertahanan AS, untuk bisa mengakses open-source software TensorFlow, yang digunakan di aplikasi machine learning Google untuk mampu memahami konten gambar.

Dilansir KompasTekno dari The Verge, Kamis (5/4/2018), kepala divisi komputasi Google, Diane Greene, merespon protes yang disuarakan para pegawai Google.

Ia menegaskan, bahwa dalam proyek ini, Google berpijak pada "non-offensive" alias tidak menyerang, dan teknologi yang akan dibangun, tidak digunakan untuk megoperasikan atau menerbangkan drone, atau bahkan meluncurkan senjata.

Namun penegasan Greene tak berarti di mata pegawai lain, yang memandang jika keterlibatan Google tetaplah untuk sektor militer, di mana sekalinya terwujud, maka akan mudah bagi pihak lain, untuk memanfaatkannya dalam kegiatan militer.

Baca juga : Ketika Akun Twitter Pentagon Minta Presiden Trump Lengser

Sebelumnya, Google tampak berhati-hati untuk melibatkan diri dalam proyek militer. Tahun 2013 lalu, Google sempat menolak pendanaan untuk merancang robot manusia canggih, dari badan riset pertahanan (Defense Advanced Research Project Agency).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber The Verge
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fitur Penerjemah Kalimat Instan Pakai  'Circle to Search' Sudah Bisa Dicoba di Indonesia

Fitur Penerjemah Kalimat Instan Pakai "Circle to Search" Sudah Bisa Dicoba di Indonesia

Software
Triwulan I-2024, Transaksi Judi Online di Indonesia Tembus Rp 100 Triliun

Triwulan I-2024, Transaksi Judi Online di Indonesia Tembus Rp 100 Triliun

Internet
Polres Jakarta Selatan Tangkap Mantan Atlet E-sports Terkait Kasus Narkoba

Polres Jakarta Selatan Tangkap Mantan Atlet E-sports Terkait Kasus Narkoba

Game
Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model Bahasa AI Kecil untuk Smartphone

Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model Bahasa AI Kecil untuk Smartphone

Software
Meta Umumkan Horizon OS, Sistem Operasi untuk Headset VR Merek Apa Pun

Meta Umumkan Horizon OS, Sistem Operasi untuk Headset VR Merek Apa Pun

Software
Tanda-tanda Smartphone iQoo Z9 dan Z9x Segera Masuk Indonesia

Tanda-tanda Smartphone iQoo Z9 dan Z9x Segera Masuk Indonesia

Gadget
Apple Gelar Acara 'Let Loose' 7 Mei, Rilis iPad Baru?

Apple Gelar Acara "Let Loose" 7 Mei, Rilis iPad Baru?

Gadget
Bos Samsung Lee Jae-yong Jadi Orang Terkaya di Korea Selatan untuk Pertama Kalinya

Bos Samsung Lee Jae-yong Jadi Orang Terkaya di Korea Selatan untuk Pertama Kalinya

e-Business
Jadwal Maintenance 'Genshin Impact' 24 April, Siap-siap Ada Karakter Baru Arlecchino

Jadwal Maintenance "Genshin Impact" 24 April, Siap-siap Ada Karakter Baru Arlecchino

Game
'Free Fire' Rilis Update Patch Naga, Ada Karakter Baru Kairos dan Bisa Lawan Naga

"Free Fire" Rilis Update Patch Naga, Ada Karakter Baru Kairos dan Bisa Lawan Naga

Game
Telkomsel, XL, Indosat Catatkan Kenaikan Trafik Data Selama Lebaran 2024

Telkomsel, XL, Indosat Catatkan Kenaikan Trafik Data Selama Lebaran 2024

e-Business
Bukan Cuma di AS, TikTok Juga Diributkan di Eropa

Bukan Cuma di AS, TikTok Juga Diributkan di Eropa

e-Business
Setelah 48 Tahun, Prosesor Game Legendaris Zilog Z80 Akhirnya Pamit

Setelah 48 Tahun, Prosesor Game Legendaris Zilog Z80 Akhirnya Pamit

Hardware
Black Shark Umumkan Smartwatch Tangguh GS3, Punya Bodi Metalik dan Kokoh

Black Shark Umumkan Smartwatch Tangguh GS3, Punya Bodi Metalik dan Kokoh

Gadget
Starlink Gandeng Provider Internet di Indonesia

Starlink Gandeng Provider Internet di Indonesia

e-Business
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com