Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Apple, Aplikasi Telegram Sempat Tak Bisa Diperbarui

Kompas.com - 03/06/2018, 16:43 WIB
Oik Yusuf,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bulan April lalu, Telegram diblokir di negeri asalnya sendiri, Rusia, lantaran menolak permintaan pemerintah negara tersebut memberikan kunci enkripsi untuk keperluan mengawasi aktivitas para penggunanya.

Pemblokiran tersebut rupanya berbuntut pada masalah baru, yakni pemberhentian update untuk aplikasi telegram versi iOS. CEO Telegram Pavel Durov mengatakan hal ini disebabkan oleh Apple yang condong ke pihak pemerintah Rusia dalam masalah pemblokiran.

Baca juga: Tidak Manut, Telegram Diblokir di Negeri Asalnya

“Hanya 7 persen basis pengguna Telegram berasal dari Rusia, (tapi) Apple memblokir update untuk semua pengguna Telegram di seluruh dunia sejak pertengahan April,” keluh Durov lewat kanal Telegram miliknya, akhir Mei lalu.

Walhasil, lanjut Durov, Telegram pun tidak bisa memenuhi undang-undang General Data Protection Regulation (GDPR) yang mulai efektif diberlakukan di Eropa pada 25 Mei.

“Kami percaya melakukan satu-satunya hal yang benar, yakni menjaga hak privasi pengguna di negara yang bermasalah,” ujar Durov, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Cnet, Minggu (3/6/2018). “Sayangnya, Apple tidak berpihak pada kami.”

“Curhat” Durov rupanya membuahkan hasil. Keluh kesah Telegram didengar oleh Apple. Sang empunya toko aplikasi App Store itu pun akhirnya mulai meloloskan update untuk Telegram mulai awal Juni ini.

Lewat sebuah kicauan yang diunggah ke Twitter, Sabtu kemarin, Durov mengutarakan rasa terima kasihnya secara langsung ke CEO Apple Tim Cook.


Ini bukan kali pertama Telegram bermasalah dengan Apple. Pada Februari 2018, aplikasi Telegram sempat dihapus dari App Store lantaran dipandang mengandung “konten tak layak”. Definisinya di sini mencakup pornografi dan kontem lain yang tak ramah anak.

Baca juga: Alasan Sebenarnya di Balik Penghapusan Telegram oleh Apple

Akan halnya permasalahan terakhir dengan Rusia, pihak pemerintah negeri tersebut menuding Telegram digunakan untuk sarana komunikasi oleh para pelaku bom bunuh diri di kota St. Petersburg tahun 2017 yang memakan korban jiwa 16 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com