Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks Penjual Organ Tubuh Viral di WhatsApp, Picu Kekerasan Massal di India

Kompas.com - 26/06/2018, 12:06 WIB
Fatimah Kartini Bohang,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Pesan berantai yang tersebar via WhatsApp memicu aksi kekerasan di Balaghat, Madhya Pradesh, India. Sekitar 50-an warga beramai-ramai memukuli dua pria yang belakangan diketahui tak bersalah.

Warga curiga dua pria itu hendak membunuh, mencuri, dan menjual organ tubuh mereka. Asumsi ini dipicu pesan WhatsApp yang kemudian terbukti palsu.

Isi pesan yang ditulis dalam Bahasa Hindi itu menyebut ada 500 orang yang bakal menyamar sebagai gelandangan, lantas berjelajah untuk mencari organ-organ manusia.

Warga diminta untuk waspada dan meneruskan pesan tersebut ke kerabat dan sanak keluarga. Alhasil, muncul kekhawatiran massal dan membuat warga hilang akal, saat melihat dua pria berdandan serupa ciri-ciri yang disebutkan di dalam pesan.

Petugas kepolisian akhirnya menelusuri grup-grup WhatsApp dan menemukan tiga pria sebagai dalang penyebarannya. Ketiganya kini telah diamankan dan akan ditindak tegas secara hukum.

Baca juga: Tak Hanya Indonesia, India Juga Kewalahan Perangi Hoax di WhatsApp

Beberapa kali terjadi di India

Sebelumnya, ada pula berita hoaks yang tersebar di Bengaluru, India. Isinya menyebut 400 pedagang anak sedang berkeliaran untuk menculik buah hati warga setempat.

Pesan itu dilengkapi uraian ciri-ciri para penculik. Berdasarkan hal tersebut, seorang pria lugu menjadi korban penindasan. Ia tengah berjalan kaki, lalu tiba-tiba dipukuli sejumlah warga, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Selasa (26/6/2018), dari Reuters.

Berita hoaks tentang penculikan anak marak tersebar via Facebook dan WhatsApp di India. Sejauh ini, sudah lebih dari selusin orang menjadi korban, di mana tiga di antaranya meninggal dunia.

Menanggapi hal tersebut, pihak WhatsApp mengaku terpukul dan akan berusaha meningkatkan layanannya agar tak terus-terusan menjadi medium penyebaran berita bohong.

“Kami sedang meningkatkan upaya edukasi agar pengguna tahu fitur keamanan kami dan bagaimana membedakan berita palsu,” kata juru bicara WhatsApp.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com