Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Banten, Infrastruktur Telekomunikasi Aman

Kompas.com - 23/12/2018, 15:03 WIB
Bill Clinten,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) menegaskan tidak ada kerusakan infrastruktur telekomunikasi seluler maupun jaringan telekomunikasi tetap di daerah pesisir Banten, pasca diterjang tsunami Rabu (22/12/2018) malam.

Menurut keterangan Kominfo yang diterima KompasTekno, Minggu (23/12/2018), secara umum, layanan telekomunikasi seluler telah berjalan normal sampai dengan pagi ini pukul 07.00 WIB.

Namun, berdasarkan pantauan pihak lapangan, ada beberapa BTS yang tidak bisa berfungsi normal, karena listrik padam di sejumlah kawasan Banten dan Lampung Selatan.

Sayangnya, tidak diketahui dengan pasti BTS milik operator apa saja yang disebut tak berfungsi beserta dengan daerahnya.

Kendati demikian, saat ini pihaknya menyebut operator telekomunikasi tengah melakukan pemulihan di sejumlah daerah untuk memasok catu daya listrik dengan tenaga cadangan (backup power) portabel.

Selain itu, tim lapangan Kominfo juga dikatakan tengah sigap sedia berjaga dan menuju lokasi BTS untuk menyiapkan genset atau melakukan penggantian baterei sebagai catu daya BTS di kawasan yang mengalami pemadaman listrik.

Baca juga: Internet Kencang 30 Mbps Palapa Ring Siap Diuji di Indonesia Tengah

Untuk jaringan Telkom sendiri, kondisi jaringan yang ada di beberapa Sentral Telepon Otomat (STO) di lokasi terdampak, seperti di STO Kalianda, STO Ciwandan, STO Pasauran dan STO Labuhan semua tampak dalam kondisi aman dan bisa beroperasi.

Terlepas dari jaringan, bersama dengan keterangan tertulis, pihak Menkominfo juga turut menyatakan bela sungkawanya terkait bencana tsunami yang melanda daerah Banten dan Lampung Selatan.

"Melalui kesempatan ini, Kementerian Kominfo menyampaikan dukacita mendalam bagi para korban bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda," ujar pihaknya.

Pihaknya pun mengingatkan para warganet bisa menyaring kabar terkait bencana yang belum tentu benar adanya (hoax) agar tak memperkeruh suasana dengan membuat yang lainnya panik.

"Kami juga menghimbau agar pengguna internet dan media sosial tidak menyebarkan hoaks atau informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya berkaitan dengan bencana ini," tutup pihaknya.

Tsunami Banten dan Anyer

Seperti diketahui, gelombang tinggi yang menerjang pesisir Serang pada Sabtu (22/12/2018) malam, menyebabkan sejumlah kerusakan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menyatakan bahwa gelombang itu merupakan tsunami.

BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.

Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.

Meski menyatakan tsunami, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada aktivitas seismik di sekitar lokasi gelombang tinggi.

"Jadi masih belum jelas penyebabnya. Apakah mungkin karena aktivitas Krakatau? Kita belum tahu," katanya saat dihubungi Kompas.com.

BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Tsunami sendiri bisa dipicu oleh beragam sebab, mulai dari aktivitas seismik, erupsi gunung berapi, jatuhnya asteroid, dan longsor bawah laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com