Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Huawei Sarankan Indonesia Pakai Frekuensi Rendah untuk 5G

Kompas.com - 01/04/2019, 11:47 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

PARIS, KOMPAS.com - Sejumlah negara tengah mengembangkan jaringan 5G, tak terkecuali Indonesia. Masing-masing memiliki tantangan sendiri, terutama pada infrastruktur yang disesuaikan dengan geografi negara.

Indonesia misalnya, secara geografis memiliki luas wilayah yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau.

Menurut Profesor Merouane Debbah dari Huawei Mathematical and Algorithmic Sciences Lab, secara umum, penggunaan frekuensi rendah lebih baik dibanding penggunaan frekuensi yang lebih tinggi untuk penerapan 5G di Indonesia.

Baca juga: Bersiap Menyambut Era 5G di 2019

"Kenapa? Karena ukuran infrastrukturnya juga bergantung pada frekuensi," jelas Debbah dalam sebuah konferensi terbatas bersama Huawei yang membahas seputar jaringan 5G di Paris, Perancis, pekan lalu.

Frekuensi rendah memiliki jangkauan yang lebih jauh dibandingkan frekuensi tinggi sehingga memaksimalkan cakupan jaringan (coverage). Jika menggunakan frekuensi tinggi, lanjut Debbah, maka dibutuhkan usaha ekstra untuk memperluas jangkauan.

"Untuk kasus di Indonesia, di mana negaranya sangat besar, frekuensi yang rendah akan lebih baik. Saat ini frekuensi yang cocok ada di 3,4 hingga 3,8 GHz yang cukup masuk akal," jelas Debbah.

Prof Merouane Debbah, Huawei Mathematical and Algorithmic Sciences Lab saat menjelaskan tentang jaringan 5G kepada sejumlah awak media di Paris, Perancis.Kompas.com/Wahyunanda Kusuma Pertiwi Prof Merouane Debbah, Huawei Mathematical and Algorithmic Sciences Lab saat menjelaskan tentang jaringan 5G kepada sejumlah awak media di Paris, Perancis.

Namun, meski memiliki jangkauan yang lebih jauh, Debbah mengatakan frekuensi rendah juga memiliki kekurangan berupa potensi kecepatan yang tak sekencang frekuensi tinggi.

Baca juga: Huawei Gelar Jaringan 5G Komersial di Barcelona

"Frekuensi yang sangat rendah tidak memiliki banyak bandwidth, itu masalahnya," ujar Debbah.

Pemerintah Indonesia sendiri berencana akan menguji coba pita frekuensi tinggi dan rendah, yakni 26 GHz dan 3,5 GHz pada tahun ini dan berencana melelang frekuensi 5G pada tahun 2022.

Kembali ke Huawei, vendor infrastruktur jaringan asal China tersebut memang antusias menyambut jaringan 5G sejak tahun 2009.

Huawei telah menginvestasikan 2 milliar dollar AS sejak tahun 2009 untuk mengembangkan teknologi 5G yang berkutat pada arsitektur jairngan, penggunaan spektrum, teknologi antarmuka udara, purwarupa, dan sebagainya.

Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa operator global untuk merealisasikan 5G, seperti China Mobile, Vodafone, XL Axiata, SingTel, Deutsche Telekom, Etisalat, Telefónica, TeliaSonera, and SoftBank.

Dari segi produk, Huawei juga telah meluncurkan Huawei Mate X yang didukung chip modem 5G Balong 5000 bikinan Huawei sendiri. 

Baca juga: Huawei Mate X Meluncur, Ponsel Layar Lipat 5G Pesaing Galaxy Fold

Balong 5000 tersebut diklaim sebagai chip modem pertama yang mampu meraih benchmark industri tertinggi untuk kecepatan unduhan di jaringan 5G dengan kecepatan 4,6 Gbps di frekuensi Sub-6GHz.

Huawei juga berinvestasi dalam pengembangan 5G di beberapa negara dan telah melakukan uji coba, seperti di China, Singapura, Malaysia, Italia, Monaco, dan Jerman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com