Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percuma Buka Situs Porno Pakai Mode Incognito

Kompas.com - 02/08/2019, 13:29 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Facebook, Googgle, dan Oracle ternyata masih menguntit aktivitas pengguna yang membuka situs porno, sekalipun mengggunakan browser mode rahasia atau incognito.

Fakta ini diungkap oleh studi baru yang dilakukan oleh periset dari Microsoft, Carneige Mellon University, dan University of Pennsylvania.

Mereka menganalisa 22.484 situs porno dan menemukan bahwa data pengguna dibagikan dengan setidaknya tujuh domain pihak ketiga, termasuk Facebook dan Google.

Bahkan menggunakan browser dengan mode incognito pun dianggap percuma. Sebab, meski riwayat pencarian tidak tersimpan di browser, data masih tetap akan mengalir ke pihak ketiga.

"Hasil riset kami mengindikasikan pelacakan endemik di situs pornografi: 93 persen laman membocorkan data pengnguna ke pihak ketiga," sebut hasil penelitian itu.

Baca juga: Firefox Punya Fitur Rahasia Sembunyikan Situs Porno

Para peneliti menggunakan sebuah software open-source bernama webXray yang mendeteksi dan mencocokan data pihak ketiga.

Sebagaian besar informasi atau sekitar 79 persen dari situs porno yang mengalirkan data, mentransmisikannya melalui pelacakan cookies dari perusahaan luar.

Google, termasuk platform perikalanan di bawah naungannya seperti DoubleClick, disebut melacak 74 persen situs pornografi.

Sementara perusahaan software Oracle melacak 24 persen situs porno. Facebook, yang mana melarang semua bentuk konten pronografi di layanannya, melacak 10 persen situs porno, berdasarkan hasil studi tersebut.

"(pemilik) Situs porno seharusnya berpikir ulang tentang data yang mereka pegang karena itu sensitif, sebagaimana informasi kesehatan," ucap Elena Maris, periset dari Microsoft.

Dari penelitian itu juga diungkap bahwa hanya 17 persen dari 22.484 situs porno yang telah menggunakan enkripsi.

Itu artinya, masih banyak situs porno yang tak terenkripsi, sehingga data pengguna yang disimpan rentan diretas.
Seakan hal yang wajar

IlustrasiThinkstockphotos Ilustrasi
Pelacakan di situs web seakan sudah menjadi hal wajar. Data yang dikumpulkan digunakan sebagai modal untuk profiling pengguna yang nantinya akan digunakan untuk menargetkan iklan.

Baca juga: Mesin Pengais Internet Indonesia Disodori Kata Pornografi, Hasilnya?

Misalnya saja Google Analytics, mereka akan memasukkan lagi lalu lintas data ke situs mereka agar bisa memantau aktivitas browsing pengguna.

Kemudian Facebook, yang sedang disorot soal penggunaan data pribadi pengguna beberapa waktu lalu, disebut menggunakan "like" sebagai pelacak data yang akan dikembalikan lagi ke Facebook untuk membuat personalisasi konten bagi pengguna.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com