Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Tersembunyi di Balik Potensi Besar 5G

Kompas.com - 06/01/2020, 20:20 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Oik Yusuf

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun 2020 digadang-gadang menjadi tahun awal tumbuhnya jaringan 5G secara global. Perusahaan-perusahaan teknologi berlomba-lomba merancang produk menarik yang akan bisa terhubung dengan jaringan 5G.

Dengan adanya teknologi jaringan seluler generasi kelima yang berkecepatan tinggi itu, kapasitas data di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 175 zettabyte pada tahun 2025 mendatang, atau kira-kira 175 triliun terabyte.

Angka tersebut melonjak drastis dari tahun 2010 lalu yang tercatat sebesar1,2 zettabyte. Internet generasi kelima ini memang menarik karena tawaran koneksivitas skala besar, kecepatan hingga 100 kali lipat, dan latency yang 25 kali lebih rendah dari 4G.

Baca juga: Dari 5G hingga Kesehatan Mental, Ini Prediksi Tren Smartphone di 2020

Berbeda dengan internet generasi sebelumnya, 5G akan lebih banyak diadopsi untuk IoT dan M2M secara komersil.

Namun, firma sekuriti Kaspersky menjelaskan bahwa ada ancaman bahaya tersembunyi yang mengintai di balik sederet iming-iming kemutakhiran 5G. Sebagian besarnya adalah ancaman yang sudah pernah terjadi selama ini, hanya saja diperkirakan akan lebih kompleks.

Misalnya saja urusan privasi, dimana hacker bisa melacak lokasi pengguna secara akurat. Tentu ini bukan masalah baru.

Dengan kecepatan yang jauh lebih pesat dan latensi yang rendah, data yang dihimpun bisa lebih akurat dan didapatkan dalam waktu singkat. Apalagi dengan IoT yang digunakan lebih masif oleh masyarakat, instansi, dan perusahaan, data yang dikumpulkan bisa lebih banyak.

Harus bekerja sama

Potensi keamanan lain adalah dari penyedia layanan 5G itu sendiri. Mereka bisa memiliki akses luas ke sejumlah besar data yang dikirim oleh perangkat pengguna.

Hal ini membuka kemungkinan penyedia layanan bisa melihat apa yang benar-benar terjadi di dalam lokasi rumah atau setidaknya menggambarkannya melalui metadata di lingkungan sekitar pengguna melalui sensor in-house dan parameter internal.

Data tersebut bisa mengkespos privasi, memanipulasi, dan penyalahgunaan data pengguna.
Bagian terburuknya, tanpa pengawasan hukum ketat, penyedia layanan bisa saja menjual data tersebut ke perusahaan layanan lainnya seperti pengiklan.

Kejahatan siber juga akan mengintai dengan memanfaatkan jaringan 5G. Terutama untuk infrastruktur 5G yang tidak sempurna.

Baca juga: Samsung Kuasai Pasaran Ponsel 5G Sepanjang 2019

Dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Senin (6/1/2020), Kaspersky menjelaskan, kekurangan sekuriti di customer framework dan administrasi bisa membuka peluang kejahatan siber.

Ancaman yang mungkin terjadi misalnya, kegiatan memata-matai atau mengalihkan lalu lintas data. Selain itu, penggunaan IoT secara komersil dalam skala lebih masif juga berpotensi memunculkan masalah yang belum pernah ada selama ini.

"Pemerintah dan para pemimpin industri harus bekerja sama dalam upaya membawa proyek teknologi 5G yang aman dan nyaman," jelas Amin Hasbini, Head of Research Center, Global Research & Analysis Team, Timur Tengah, Turki, dan Afrika dari Kasperky.

Ia menyarankan agar vendor teknologi dan pemerintah bekerja sama untuk mencegah eksploitasi 5G dan para aktor kejahatan siber. Kaspersky juga menyarankan penerapan mode jaringan zero-trust dan penilaian kualitas produk secara ketat dari vendor.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com