Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Elon Musk, Sarjana Ekonomi Pendiri Tesla dan SpaceX

Kompas.com - 15/02/2021, 10:10 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengisap ganja di depan publik dan terang-terangan menyebut seorang penyelam sebagai pedofil karena menolak bantuannya. Siapa lagi kalau bukan Elon Musk (49) yang berani melakukan hal tersebut.

Ulahnya kerap membuat kolega bisnisnya was-was dan mengancam karir serta bisnis salah satu orang terkaya di dunia ini. Elon Musk memang miliarder eksentrik. Betapa tidak?

Berbeda dari kebanyakan pebisnis kenamaan dunia lainnya, Musk tidak "mengamankan diri" dengan selalu terlihat berbuat mulia dan tertutup. Pengusaha yang kerap disebut-sebut sebagai Iron Man di dunia nyata ini tetap memperlihatkan sisi "manusianya", bebas dan ekpresif.

Baca juga: Elon Musk, Sosok Iron Man di Dunia Nyata

Banyak orang ragu, ulah ayah dari X Æ A-XII ini bisa menjadi boomerang bagi karir dan usahanya. Namun yang terjadi, hingga kini, kekayaan Musk kian bertambah, karir dan bisnisnya kian mengangkasa bersama ambisinya. Di balik kesuksesan itu, banyak hal terjadi semasa hidupnya.

Baca juga: Nama Anak Elon Musk Resmi Berubah Jadi X AE A-XII

Dari Afrika Selatan ke Kanada

Pemilik nama lengkap Elon Reeve Musk ini lahir di Pretoria, Afrika Selatan tahun 1971. Musk adalah anak tertua dari tiga bersaudara.

Ayahnya, Errol Musk adalah konglomerat di Afrika Selatan dengan bermacam-macam bisnis. Lalu sang Ibu, Maye Musk adalah model dan ahli gizi asal Kanada.

Adik laki-lakinya, Kimbal Musk adalah pebisnis sekaligus pencinta lingkungan. Dia punya seorang adik perempuan bernama Tosca Musk yang berkiprah di dunia seni, yakni sebagai sutradara dan produser.

Musk dibesarkan di keluarga yang ambisius. Masa kecil dan mudanya juga tidak mudah, terutama setelah orangtuanya bercerai. Dia sempat tinggal beberapa tahun dengan sang ayah di Pretoria hingga akhirnya hijrah ke Kanada pada usia 17 tahun.

Dia sadar akan lebih mudah masuk ke Amerika Serikat jika dia memiliki paspor Kanada. Musk lantas memanfaatkan status kewarganegaraan sang Ibu untuk mendapatkan paspor Kanada saat itu.

Pindahnya ke Kanada, selain untuk menghindari sang ayah, juga untuk menghindari wajib militer di Afrika Selatan. Awal hidupnya di Kanada, Musk menumpang di rumah saudaranya yang berada di Saskatchewan selama setahun.

Selama itu, dia bekerja serabutan, mulai dari membersihkan sampah gandum di peternakan, memotong kayu, menjadi tukang bersih-bersih, hingga menjual komponen komputer. Semua dilakukan untuk bertahan hidup.

Tahun 1990, Musk melanjutkan studi di Queen's University di Ontario, Kanada. Dua tahun kemudian, dia pindah ke Universitas Pennsylvania, AS dan lulus dengan gelar sarjana ekonomi tahun 1997. Dia lalu mengambil kuliah strata satu lagi, kali ini jurusan fisika.

Musk pernah mengambil studi di Universitas Standford untuk mengejar gelar Ph.D. Namun dua hari setelah masuk kelas, dia tak lagi melanjutkan studi dan memilih menekuni bisnis terknologi dan internet hingga sekarang.

Korban perundungan

Bak kebanyakan kisah superhero, Musk juga menjadi korban perundungan sebelum mendapat "kekuatan super". Selama mengenyam pendidikan di Afrika Selatan, Musk bukanlah murid yang populer. Dia cenderung dikenal sebagai pribadi yang introvert dan pendiam.

"Mereka (pelaku perundungan) memaksa sahabat saya untuk membujuk saya keluar dari persembunyian, sehingga mereka bisa memukuli saya. Dan itu menyakitkan," kata Musk, dikutip dari Investopedia.

Jenius dan hobi baca buku

Kejeniusan Musk sudah terbaca oleh Ibunya sejak usia tiga tahun. Saat itu, Maye tahu anak tertuanya sangat cerdas tapi belum tahu apakah dia bakal membuat sesuatu yang cemerlang atau hanya akan dipendam.

"Karena banyak orang jenius di luar sana yang memendam kemampuannya dan tidak mengaplikasikannya," kata Maye, dikutip dari People.

Saking cerdasnya, Musk membuat software berupa game komputer sendiri di usia 12 tahun. Game bertema luar angkasa tersebut diberi judul "Blastar".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com