Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Terbaru Pavel Durov soal Kemunculan Iklan di Telegram

Kompas.com - 15/02/2021, 15:02 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - CEO Telegram Pavel Durov mengungkapkan rencananya untuk memonetisasi platform buatanya setelah memiliki lebih dari 500 juta pengguna. Durov berencana menyisipkan iklan di Telegram dan menawarkan sistem berlangganan untuk pengguna premium.

Tampaknya, Telegram masih harus menjelaskan lebih banyak tentang rencana tersebut untuk meyakinkan penggunanya. Dalam unggahan terbaru di channel-nya, Durov meminta agar pengguna Telegram tidak perlu khawatir tentang rencana monetisasi itu.

Durov punya tiga alasan mengapa pengguna tak perlu risau. Pertama, Durov berjanji tidak akan ada iklan muncul di chat Telegram. Pengguna yang memanfaatkan Telegram sebagai aplikasi pesan instan tidak akan pernah melihat iklan.

Chat pribadi dan grup tetap akan bebas iklan. Iklan, kata Durov, hanya akan muncul di one-to-many channel, seperti channel "Durov" miliknya, di mana fitur ini belum ada di aplikasi pesan instan lain saat ini.

"Jadi, pengguna yang beralih dari aplikasi lama ke Telegram, tidak akan melihat lebih banyak iklan di keseharian mereka," kata Durov.

Baca juga: Isi Chat di WhatsApp Kini Bisa Dipindahkan ke Telegram, Begini Caranya

Kedua, Durov meyakinkan pengguna bahwa Telegram tidak akan memanfaatkan data pribadi pengguna untuk menargetkan iklan.

Kasus penggunaan data pribadi yang digunakan untuk menargetkan iklan oleh beberapa perusahaan teknologi menjadi sorotan dalam beberapa tahun belakang.

"Kami yakin, mengumpulkan data pribadi pengguna untuk menargetkan iklan seperti yang dilakukan WhatsApp-Facebook kurang etis. Kami lebih menyukai pendekatan kesadaran privasi seperti yang dilakukan DuckDuckGo: memonetisasi layanan tanpa menghimpun informasi dari penggunanya," kata Durov.

Untuk diketahui, DuckDuckGo adalah sebuah layanan mesin pencari mirip Google yang mengklaim tidak memanfaatkan data pribadi pengguna untuk monetisasi.

Durov juga mengklarifikasi bahwa iklan yang akan muncul di kanal nantinya bersifat kontekstual. Artinya, iklan akan disesuaikan dengan topik dari kanal tersebut, bukan berdasarkan data pengguna.

Baca juga: Hati-hati saat Pindahkan Isi Chat WhatsApp ke Telegram, Ini Sebabnya

Pendiri jejaring sosial VKontakte asal Rusia, Pavel DurovDokumentasi Pavel Durov via VKontakte Pendiri jejaring sosial VKontakte asal Rusia, Pavel Durov
Alasan ketiga, Durov mengatakan Telegram akan memperbaiki sistem iklan yang sudah ada di Telegram saat ini.

"Di banyak negara, kreator konten di Telegram sudah memonetisasi konten mereka dengan menjual unggahan promosi di kanal mereka," jelas Durov.

Menurut Durov, sistem iklan tersebut kacau karena melibatkan pihak ketiga yang mengganggu pengalaman interaksi pengguna.

"Kami ingin memperbaiki situasi ini dengan menawarkan alternatif berbasis kesadaran privasi untuk pemilik kanal," imbuhnya, dirangkum KompasTekno dari Tech Hindustan Times, Senin (15/2/2021).

Nantinya, pengguna juga akan diberi opsi untuk menolak (opt-out) iklan.

"Tujuan utama kami adalah untuk membentuk kelas baru bagi kreator konten, yang berkelanjutan secara keuangan dan bebas memilih strategi terbaik untuk pelanggan (subscriber) mereka," jelas Durov.

Telegram juga berencana mencari keuntungan dari stiker premium dengan fitur ekspresif tambahan. Para pembuat stiker jenis baru ini juga akan mendapat komisi.

Durov mengatakan monetisasi dilakukan untuk mendukung pertumbuhan aplikasi, membuat Telegram tetap independen dan setia pada nilai mereka.

Baca juga: Pesaing Berat WhatsApp Bukan Telegram atau Signal, Menurut Zuckerberg

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com