Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Indonesia Dikenal Ramah, Mengapa Dinilai Tidak Sopan di Dunia Maya?

Kompas.com - 03/03/2021, 07:00 WIB
Wahyunanda Kusuma Pertiwi,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orang Indonesia dikenal dengan keramahan dan sopan santun yang kental dengan adat ketimuran. Citra keramahan ini pun tak ayal menjadi magnet para pelancong asing untuk berwisata ke Indonesia.

Namun, belakangan ini citra sopan santun orang Indonesia agak terusik. Musababnya berasal  dari sebuah survei yang dilakukan perusahaan software raksasa Microsoft.

Dalam survei Digital Civility Index (DCI) untuk mengukur tingkat kesopanan digital global, Indonesia menduduki peringkat paling bawah di kawasan Asia Tenggara. Dari total 32 negara yang disurvei pun Indonesia menduduki peringkat bawah yakni urutan ke-29.

Ada 32 negara dan 16.000 responden yang terlibat di penelitian ini. Di Indonesia sendiri, ada 503 responden yang diberikan beberapa pertanyaan tentang adab berkomunikasi secara digital.

Artinya tingkat kesopanan warganet di Indonesia tergolong rendah. Mengapa demikian?

Pakar media sosial yang juga pendiri Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengatakan penelitian Microsoft menggambarkan kondisi pengguna media sosial di Indonesia saat ini. Terutama tentang tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan digital di Indonesia.

Baca juga: Tingkat Kesopanan Orang Indonesia di Internet Paling Buruk Se-Asia Tenggara

Menurut survei Microsoft, hoaks dan penipuan menjadi faktor tertinggi yang memengaruhi tingkat kesopanan orang Indonesia, yakni dengan persentase 47 persen. Ujaran kebencian ada di urutan kedua dengan persentase 27 persen, lalu diskriminasi sebesar 13 persen.

"Saya kira (survei Microsoft) sejalan dan kita tidak perlu marah atau kesal, ini gambaran kita, indeks itu menjadi semacam tolok ukur kalau kita dibandingkan dengan negara lain seperti apa," kata Ismail ketika dihubungi KompasTekno, Senin (2/3/2021).

Hoaks dan penipuan memang menjadi musuh besar pengguna internet di Indonesia yang jumlahnya mencapai 202,6 juta jiwa, menurut laproan We Are Social dan HootSuite "Digital 2021".

Pada November lalu, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang berkolaborasi dengan cekfakta.com, mengungkap jumlah hoaks yang tersebar di berbagai platform di Indonesia mencapai 2.024, sepanjang Januari-November.

Angkanya naik dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1.221 hoaks. Tidak hanya hoaks dan penipuan, ujaran kebencian juga sangat kentara di media sosial. Ismail mengatakan, banyak warganet yang menyerang suatu kiriman beramai-ramai.

"Microsoft yang begitu mengeluarkan survei, langsung ramai-ramai (dikomentari warganet), itu sebagai contoh," ujar Ismail.

Baru-baru ini, akun Instagram Microsoft menutup komentar kiriman. Kuat dugaan, alasan penutupan terkait banyaknya komentar negatif yang membanjiri unggahan akun Instagram Microsoft.

Baca juga: Akun Instagram Microsoft Tutup Kolom Komentar Setelah Diserbu Warganet Indonesia

Mengapa lebih berani di medsos?

Ismail mengatakan, dunia maya dan nyata adalah dua hal yang berbeda. Kebanyakan orang Indonesia merasa sungkan jika bertatap muka secara langsung.

Termasuk sungkan ketika ingin menyampaikan perbedaan pendapat, ketidaksukaan, dan takut menyinggung lawan bicara. Itu sebabnya ketika bertatap muka, orang cenderung memilih diam.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com