Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Telegram Akui Diintai Spyware Pegasus

Kompas.com - 29/07/2021, 09:32 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Yudha Pratomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Pavel Durov, masuk dalam daftar 50.000 nomor ponsel yang disusupi perangkat lunak jahat Pegasus.

Kendati demikian, CEO Telegram ini mengaku tidak khawatir karena merasa tidak ada informasi penting yang bisa dicuri meski ponselnya disusupi Pegasus.

Durov mengatakan, dirinya sadar telah diawasi salah satu nomornya telah disusupi software mata-mata mirip Pegasus sejak 2018 lalu.

Pria asal Rusia ini juga mengaku saat tinggal di negaranya, semua ponsel miliknya disusupi dengan berbagai cara.

Ia pun menyalahkan Apple dan Google atas maraknya serangan Pegasus ini.

Menurut Durov, Apple dan Google sengaja membiarkan adanya backdoor alias pintu belakang yang terbuka di sistem mereka agar serangan semacam itu bisa terjadi.

Dia mengatakan bahwa hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Edward Snowden pada 2013 lalu. Di mana Snowden mengatakan bahwa Apple dan Google adalah bagian dari "program pengawasan global".

"Keberadaan backdoor dalam infrastruktur dan software yang penting menciptakan tantangan yang berat bagi umat manusia. Itu sebabnya, saya menyerukan kepada semua pemerintahan di dunia untuk mulai bertindak melawan duopoli Apple-Google di pasar smartphone dan memaksa mereka untuk membuka ekosistem tertutup mereka dan menciptakan lebih banyak kompetisi," kata Durov.

Pernyataan yang sama pernah disampaikan CEO WhatsApp pada 2019 lalu dalam surat terbuka kepada pemerintah ketika muncul serangan Pegasus pada tahun yang sama.

Baca juga: WhatsApp dan Telegram Kompak Salahkan Apple serta Google soal Pegasus

Kendati demikian, menurut Durov, pemerintah dari berbagai negara lamban merespons peringatan duopoli dan ancaman spyware tersebut. Mereka tidak melakukan apapun sampai perangkat mereka sendiri yang menjadi sasaran.

"Sejauh ini, meskipun biaya monopoli pasar meningkat dan adanya pelanggaran pribadi serta kebebasan berbicara bagi miliaran orang, pemerintah sangat lamban merespons. Saya berharap, dengan adanya berita tentang mereka yang menjadi target alat pengintai ini akan mendorong politisi berubah pikiran," jelas Durov melalui blog resminya.

Apple telah merespons isu ancaman Pegasus dan mengakui bahwa serangan semacam ini adalah jenis yang sangat canggih dan butuh biaya tak sedikit untuk mengembangkannya.

Seringnya, kata perwakilan Apple, alat seperti Pegasus memiliki umur simpan yang singkat dan menargetkan individu tertentu.

Baca juga: Ada Spyware Pegasus, Presiden Jokowi Diminta Tak Pakai WhatsApp

Apple juga mengatakan akan menambahkan perlindungan baru untuk perangkat dan data penggunanya.

"Meskipun mereka (Pegasus) bukan ancaman bagi sebagian besar pengguna kami, kami terus bekerja keras untuk membela pengguna kami, dan kami terus menambahkan perlindungan baru untuk perangkat dan data mereka," kata Apple dalam sebuah pernyataan, seperti yang dirangkum KompasTekno dari Phone Arena, Kamis (29/7/2021).

Sindiran Durov terhadap Apple tidak berhenti sampai di situ. Durov bahkan skeptis dengan klaim Apple tentang keamanan dan privasi sebagai prioritas, sementara perangkat Apple terus disusupi lewat satu dan banyak cara.

Pada 2019, Durov pernah mengomentasi artikel yang dimuat New York Times tentang akses pemerintah China ke data pengguna iPhone di sana. Durov mengatakan, memiliki iPhone membuat penggunanya menjadi budak digital Apple.

"Anda hanya diperkenankan menggunakan aplikasi yang Apple izinkan untuk diinstal melalui App Store, dan Anda hanya bisa menggunakan iCloud Apple untuk mencadangkan data Anda secara asli," kritik Durov kala itu.

Durov menilai hal itu memudahkan pemerintah China untuk memiliki kendali penuh atas aplikasi dan data semua warganya yang menggunakan iPhone.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com