BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Samsung

Decisive Moment, Seni Foto Jalanan yang Tak Lekang oleh Zaman

Kompas.com - 15/09/2021, 15:21 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Anissa DW

Tim Redaksi

KOMPAS.comLondon Calling disebut-sebut sebagai album punk rock terbaik dari band legendaris asal Inggris, The Clash.

Layaknya evolusi, Joe Strumner dan kawan-kawan menggabungkan beragam jenis genre pada London Calling. Tak salah jika kemudian banyak pendengar menyebut bahwa album ini memiliki energi yang berbeda.

Pada masa perilisan London Calling, The Clash jadi salah satu band yang diakui kualitas musiknya. Terlebih, isu yang diangkat dalam album tersebut relevan dengan kondisi saat itu.

Album tersebut menjadi semacam representasi dari bentuk kemarahan The Clash terhadap sistem sosial dan politik di Inggris atas kebijakan Perdana Menteri “The Iron Lady” Margareth Thatcher kala itu yang kerap memojokkan keberadaan kelas pekerja.

Tak hanya isi album yang mencuri perhatian banyak pendengar, gambar pada cover album yang diluncurkan pada 14 Desember 1979 itu pun kerap diingat lantaran menampilkan foto dari bassist The Clash, Paul Simonon, yang sedang membanting instrumennya.

Foto tersebut tak dibuat-buat. Kejadiannya nyata dan momen tersebut berhasil ditangkap oleh seorang fotografer asal London, Pennie Smith.

Kala itu, The Clash sedang mengadakan konser di Palladium, New York, Amerika Serikat. Sayangnya, penonton hari itu tak menunjukkan antusiasme.

Melansir laman hai.grid.id, Senin (15/2/2015), Paul begitu marah melihat penonton yang hanya diam selama The Clash beratraksi di atas panggung. Saat itulah dia membanting basnya dan Pennie Smith berhasil mengabadikan momen tersebut.

Dalam fotografi, gambar seperti yang diambil pada cover album London Calling disebut sebagai decisive moment.

Untuk merekam momen semacam itu, fotografer membutuhkan ketepatan bidikan dan ketajaman insting.

Sebagai informasi, teknik itu kerap digunakan oleh fotografer atau jurnalis olahraga dan musik untuk merangkum beragam momen secara natural.

Seni foto jalanan

Decisive moment dalam dunia fotografi pertama kali diperkenalkan oleh seorang fotografer asal Perancis, Henri Cartier-Bresson.

Konsep tersebut ia populerkan saat dirinya berkeliling dunia untuk melihat berbagai macam kehidupan sosial yang ada di masyarakat, terutama kaum menengah ke bawah dan kelas pekerja.

Melansir laman nytimes.com, Rabu (3/8/2016), perjalanan visual yang ia lakukan tersebut berpengaruh besar lantaran mampu merevolusi dunia fotografi abad ke-20.

Dalam melakukan aktivitas fotografi, pria yang lahir pada 22 Agustus 1908 tersebut selalu menggunakan pendekatan yang sama terhadap hasil karyanya.

Ia tidak pernah menggunakan lensa zoom, tidak menyukai penggunaan cahaya buatan atau manipulasi cahaya di ruang gelap, serta selalu menghindari cropping.

Dapat dikatakan, Cartier-Bresson menginginkan hasil jepretannya selalu tampak natural agar sejalan dengan konsep decisive moment-nya.

Dalam photobook berjudul Images a la Sauvette yang terbit pada 1952, Cartier-Bresson mengatakan, dunia ini penuh dengan momen menentukan.

“Untuk menangkap momen tersebut, hubungan tiap kejadian harus ditetapkan secara ketat. Fotografi menyiratkan pengenalan ritme di dunia nyata. Apa yang dilakukan mata adalah menemukan dan memusatkan perhatian pada subyek tertentu di dalam realitas. Sementara, yang dilakukan kamera hanyalah merekam apa yang dilihat oleh mata,” ujar Cartier-Bresson.

Semakin populer

Di era modern, keberadaan fotografi banyak mengalami kemajuan berkat kehadiran teknologi digital.

Kini, setiap orang mampu mengabadikan momen atau menangkap suatu obyek melalui kamera yang tersemat pada smartphone.

Adapun konsep decisive moment milik Cartier-Bresson juga jadi warna tersendiri bagi dunia fotografi karena tak lekang oleh zaman, meski sudah seabad sejak pertama kali dipopulerkan.

Bahkan, konsep tersebut makin populer seiring keberadaan media sosial (medsos) yang mampu menjadi wadah dari hasil karya fotografi, seperti Instagram maupun Facebook.

Seperti diketahui, keberadaan smartphone dan media sosial turut mendorong penggunanya untuk mengabadikan foto dari beragam aktivitas dan mengunggahnya di akun medsos masing-masing.

Menurut jurnal Pengaruh Media Sosial Instagram terhadap Fotografi, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2017, hal tersebut secara sadar meningkatkan dan mengembangkan minat fotografi pada masing-masing pemilik akun untuk mendapatkan hasil foto yang sebagus mungkin.

Bagi kamu yang gemar mengabadikan setiap momen dengan kamera smartphone, bisa jadi kamu telah membuat karya decisive moment lewat hasil foto tersebut tanpa sadar.

Apalagi, saat ini semakin banyak smartphone yang sudah dibekali dengan kamera mumpuni dan berbagai fitur penunjang fotografi. Samsung Galaxy Z Flip3, misalnya.

Samsung Galaxy Z Flip3Samsung Samsung Galaxy Z Flip3

Smartphone terbaru dari Samsung dengan model lipat ini dirancang untuk memberikan pengguna pengalaman terbaik dalam menangkap dan membagikan momen.

Galaxy Z Flip3 memiliki dua kamera belakang dan satu kamera depan. Kamera belakang terdiri dari 12 megapixel (MP) lensa wide dan 12 MP lensa ultra wide. Sementara, kamera depan memiliki resolusi 10 MP.

Dengan desain yang unik dan kamera mumpuni, Galaxy Z Flip3 hadir untuk mendorong pengguna berekspresi.

Kamu juga tak perlu khawatir saat ingin mengekspresikan hasrat fotografimu meski kondisi cuaca tengah hujan.

Pasalnya, sama seperti Samsung Galaxy Z Fold3, Samsung Galaxy Z Flip3 telah dilengkapi dengan fitur Splash Resistance atau Water Resistance dengan sertifikasi IPX8.

Samsung Galaxy Z Flip3 dengan fitur Water ResistanceSamsung Samsung Galaxy Z Flip3 dengan fitur Water Resistance

Momen saat hujan terjadi, bisa dijadikan sebagai waktu untuk mengasah kemampuan fotografi. Pasalnya, banyak momen menarik dan dramatis yang dapat diabadikan ke dalam sebuah kamera.

Dengan Galaxy Z Flip3, momen tersebut dijamin tak akan terlewat karena kamu tidak perlu takut ponsel rusak terkena cipratan air atau tanpa sengaja jatuh ke dalam air. Sebab, ponsel ini mampu bertahan di dalam air dengan kedalaman 1,5 meter dalam durasi hingga 30 menit.

Sebagai informasi, Samsung Galaxy Z Flip3 dan Galaxy Z Fold3 menjadi foldable device pertama di dunia yang dibekali dengan fitur Water Resistance.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (15/8/2021), untuk bisa menghadirkan fitur ketahanan air pada dua ponsel barunya, Samsung harus mengembangkan sejumlah inovasi baru yang dapat mengantisipasi bila dua ponsel lipat ini tercebur atau terendam di dalam air.

Inovasi tersebut adalah dengan memberikan pelumas khusus di bagian engsel, dua perekat baru untuk mencegah air merusak komponen layar, dan pelindung kabel yang kedap air.

Sebagai informasi, Galaxy Z Flip3 5G dibanderol dengan harga Rp 14.999.000 untuk varian RAM 8 gigabyte (GB) dan kapasitas penyimpanan 128 GB.

Sementara, untuk varian RAM 8 GB dan kapasitas penyimpanan 256 GB, smartphone lipat itu dibanderol dengan harga Rp 15.999.000.

Kedua varian tersebut hadir dalam empat pilihan warna, yakni Cream, Green, Lavender, dan Phantom Black.

Selain itu, kamu juga bisa menikmati program cicilan 0 persen sampai 24 bulan melalui Bank Mandiri, BRI, Panin Bank, Citibank, HSBC, BCA, Maybank, BNI, DBS, CIMB Niaga, OCBC, Standard Chartered, dan Bank Mega.

Untuk informasi lebih lanjut tentang Samsung Galaxy Z Flip3 5G, silakan kunjungi laman www.samsung.com/id.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com