Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batal, Akuisisi "Rp 575 Triliun" ARM oleh Nvidia

Kompas.com - 09/02/2022, 08:01 WIB
Yudha Pratomo,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabar yang sebelumnya beredar tentang pembatalan akuisisi ARM oleh Nvidia, terbukti benar adanya.

ARM adalah perusahaan perancang chip yang desainnya dijadikan sebagai dasar dari sebagian besar prosesor perangkat mobile di seluruh dunia. ARM tidak memproduksi prosesor, melainkan melisensikan teknologi semikonduktornya kepada pihak lain, mulai dari Qualcomm, Nvidia, Texas Instrument, Samsung, hingga Apple.

Kesepakatan akuisisi yang disetujui pada 2020 lalu senilai 40 miliar dollar AS (sekitar Rp 575 triliun) antara Nvidia dan Softbank sebagai pemilik ARM, kini kandas di tengah jalan. (Baca: Nvidia Akuisisi ARM dari SoftBank Senilai Rp 598 Triliun)

Kedua perusahaan tersebut secara resmi mengumumkan pembatalan akuisisi ini. Melalui keterangan resminya, Nvidia mengatakan pembatalan ini terjadi karena adanya hambatan peraturan.

"ARM memiliki masa depan yang cerah, dan kami akan terus mendukung mereka sebagai pemegang lisensi selama beberapa dekade mendatang. Meskipun kami tidak akan menjadi satu perusahaan, kami akan bermitra erat dengan ARM," kata Jensen Huang, pendiri sekaligus CEO Nvidia, seperti dirangkum KompasTekno dari blog resmi perusahaan, Rabu (9/2/2022).

Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis pihak Softbank, kesepakatan ini resmi berakhir terhitung 8 Februari 2022.

Namun, Softbank akan tetap mendapatkan dana sebesar 1,25 miliar dollar AS (sekitar Rp 17,9 triliun) dari Nvidia sebagai bagian dari kesepakatan awal. Kala itu, kedua perusahaan sepakat bahwa dana tersebut tidak dapat dikembalikan jika pembatalan terjadi.

Kabar mengenai pembatalan akuisisi ini memang sudah terdengar sejak Januari lalu.

Rencana Nvidia mengakuisisi ARM memang mendapat perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah. Mereka khawatir akan terjadi monopoli di industri semikonduktor. Alhasil, kesepakatan ini tak berjalan mulus.

Baca juga: Rencana Akuisisi ARM oleh Nvidia Ditentang Qualcomm

Untuk proses akuisisi, Nvidia menyiapkan dana sebesar 40 miliar dollar AS atau sekitar Rp 598,6 triliun untuk SoftBank Group.

Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu juga melayangkan gugatan dan meminta transaksi Nvidia dengan ARM diblokir dengan dalih anti-monopoli.

Pemerintah Inggris juga ikut turun tangan dengan menyelidiki kesepakatan Nvidia dan ARM karena alasan kekhawatiran ancaman keamanan nasional.

Tak hanya itu, Nvidia juga menghadapi beberapa kendala regulasi di China karena ARM memiliki usaha patungan dengan ekuitas swasta, Hopu Investment.

Selain regulator, beberapa perusahaan teknologi seperti Qualcomm, Intel dan Google juga khawatir akuisisi ARM akan membatasi akses ke desain teknologi ARM.

Baca juga: Mengenal Apple M1, Chip ARM Pengganti Intel di MacBook Terbaru

Rencana IPO ARM

Bersamaan dengan pengumuman pembatalan ini, Softbank mengumumkan rencananya untuk memulai penawaran umum perdana ARM. Rencananya, ARM akan melakukan penawaran umum perdana pada periode tahun fiskal yang dimulai 1 April hingga 31 Maret 2023 mendatang.

"ARM menjadi pusat inovasi tidak hanya dalam revolusi ponsel. Tetapi juga dalam komputasi awan, otomotif, Internet of Things, hingga metaverse," kata Masayoshi Son, Representative Director, Corporate Officer , Chairman & Chief Executive Officer SoftBank Group Corp.

"Kami akan mengambil kesempatan ini dan mulai bersiap untuk membawa ARM ke publik, dan membuat kemajuan lebih jauh lagi," pungkas Son.

SoftBank sebelumnya mengakusisi ARM yang berbasis di Inggris senilai 32 miliar dollar AS (sekitar Rp 479 triliun) pada tahun 2016 lalu.

Baca juga: Apple Umumkan MacOS Big Sur, Pertama Mendukung ARM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com