BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Lenovo

Sudah Siapkah Perusahaan Anda Hadapi Tren Bekerja secara Hybrid?

Kompas.com - 29/03/2022, 10:31 WIB
Hisnudita Hagiworo,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 mengubah tren bekerja perusahaan. Pekerjaan yang tadinya hanya dapat diselesaikan oleh karyawan di kantor kini bisa dilakukan di mana saja (remote), termasuk dari rumah.

Sistem bekerja yang adaptif terhadap situasi pandemi terbukti mampu meningkatkan produktivitas pekerja.

Survei yang dilakukan Pew Research Center pada Januari 2022 mengungkapkan bahwa sebanyak 61 persen dari 5.889 responden merasa lebih produktif saat bekerja dari rumah. Para pekerja juga mengatakan, work from home (WFH) dapat membantu mereka mendapatkan keseimbangan hidup lebih baik.

Meski demikian, sejumlah responden juga mengakui bahwa work from office (WFO) memberikan banyak ruang untuk bekerja. Pasalnya, menurut pengakuan 21 persen responden, mereka tidak memiliki ruang atau sumber daya yang tepat di rumah. Selain itu, bagi 14 persen responden, WFO memberikan banyak peluang untuk meningkatkan karier.

Kemudian, sebanyak 60 persen responden yang bekerja secara jarak jauh merasa kurang terhubung dengan rekan kerja mereka.

Dengan kelebihan dan kekurangan dari WFH dan WFO tersebut, banyak perusahaan menerapkan sistem bekerja secara hibrida (hybrid). Sebab, sistem ini memberikan keuntungan yang ada pada WFH dan WFO sekaligus.

Dalam penerapan sistem tersebut, perusahaan biasanya memberikan kebebasan bagi karyawan untuk memilih bekerja dari rumah dan dari kantor beberapa hari dalam seminggu.

Tak hanya tentang lokasi, bekerja hibrida juga membuat karyawan leluasa menyesuaikan waktu dan jadwal penyelesaian pekerjaan.

Menurut studi The Future of Work and Digital Transformation yang dilakukan Lenovo pada 2021, sebanyak 83 persen perusahaan berencana menjalankan sistem bekerja jarak jauh setidaknya separuh waktu. Sementara itu, sebanyak 60 persen karyawan tidak hanya setuju dengan rencana tersebut, tetapi juga senang melakukannya.

Berdasarkan studi tersebut, pekerja juga sudah beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam bekerja di rumah. Bahkan, sebanyak 83 persen karyawan menginginkan model kerja hibrida tetap diberlakukan usai pandemi Covid-19.

Walaupun terlihat mudah dan menyenangkan, metode bekerja secara hibrida membawa sejumlah tantangan baru yang harus dihadapi, baik karyawan maupun perusahaan. Riset Lenovo tersebut menemukan lima tantangan dalam penerapan bekerja secara hibrida. Berikut penjelasannya.

1. Kelebihan pekerjaan

Saat WFH, karyawan tidak membutuhkan waktu untuk berangkat ke kantor. Mereka tidak perlu berganti baju, berdandan, dan menghabiskan waktu dalam perjalanan menuju ke kantor.

Begitu pula saat pulang ke rumah dari kantor. Mereka tidak perlu merasakan kemacetan di jalan raya atau berdesakan di transportasi umum.

Penghematan waktu tersebut menjadikan pekerja lebih produktif karena dapat menyelesaikan lebih banyak tugas. Studi Lenovo mengafirmasi hal tersebut. Sebanyak 59 persen karyawan merasa lebih produktif saat bekerja di rumah.

Sayangnya, penghematan waktu tersebut menyebabkan pekerjaan jadi terasa lebih banyak. Sebanyak 65 persen karyawan merasa bekerja lebih banyak ketika WFH. Sebab, jumlah pekerjaan yang idealnya dikerjakan hingga esok hari bisa diselesaikan pada hari yang sama. Kapasitas pekerjaan yang lebih banyak itu tak jarang membuat tingkat stres yang tinggi.

Agar tetap produktif, sebaiknya karyawan dapat mengatur jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam satu hari. Selesaikan pekerjaan yang memiliki tenggat waktu tercepat atau yang lebih mendesak. Karyawan juga perlu mengatur ritme kerja supaya dapat menekan tingkat stres.

2. Fleksibilitas gaya kerja

Selain dapat bekerja dari kantor dan dari rumah, metode kerja secara hibrida juga memungkinkan karyawan bekerja dari mana saja, seperti kafe, mal, atau hotel. Bekerja sambil liburan pun sangat mungkin dilakukan. Mereka juga mendapat fleksibilitas waktu.

Meskipun memiliki kekuasaan, tak jarang fleksibilitas tersebut justru mengganggu waktu istirahat karyawan. Di luar jam kerja, mereka bisa saja dihubungi atasan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan segera.

Maka dari itu, pengaturan jam kerja harus diperjelas dalam bekerja secara hibrida. Baik karyawan maupun perusahaan harus membuat kesepakatan terkait jam kerja.

Penentuan jam kerja juga dilakukan untuk mengatur berapa hari dalam seminggu karyawan harus bekerja di kantor. Ini untuk menghindari selisih hari antara karyawan dan manajer.

Ilustrasi orang bekerja secara hibrida. Pekerjaan dapat dilakukan di mana saja dengan mengandalkan perangkat teknologi.Dok Lenovo Ilustrasi orang bekerja secara hibrida. Pekerjaan dapat dilakukan di mana saja dengan mengandalkan perangkat teknologi.

3. Hambatan komunikasi

Tantangan berikutnya dalam bekerja secara hibrida adalah komunikasi. Selama bekerja hibrida, semua pekerjaan dilakukan menggunakan teknologi, mulai dari memberi dan menerima pekerjaan, diskusi, evaluasi pekerjaan, hingga rapat.

Berbeda dengan bertatap muka langsung, berinteraksi dengan tim secara digital berisiko mengakibatkan kesalahan komunikasi. Selain itu, intensitas koordinasi antartim bisa saja berkurang.

Dengan demikian, ruang kerja fisik dan budaya organisasi menjadi tertinggal ketika perusahaan memilih metode bekerja secara hibrida.

Untuk mengatasi masalah komunikasi, perusahaan bisa menjadwalkan bekerja di kantor untuk tim-tim tertentu secara bergantian. Hal ini bakal memudahkan koordinasi dalam menyelesaikan pekerjaan.

Selain itu, perusahaan juga dapat memilih satu platform untuk berkomunikasi dalam satu tim. Hal ini juga memudahkan manajer untuk memantau pekerjaan anak buahnya.

4. Manajemen TI jarak jauh

Dalam menerapkan metode bekerja secara hibrida, perusahaan perlu mengatur sistem teknologi informasi (TI) jarak jauh. Pasalnya, karyawan harus tetap dapat mengakses data perusahaan dari luar kantor.

Perusahaan bisa bekerja sama dengan perusahaan TI untuk menyiapkan dan mengelola sistem terbaik sesuai kebutuhan.

Idealnya, layanan TI yang digunakan perusahaan meliputi pengelolaan perangkat dan lingkungan TI langsung dari lokal, cloud, dan internet of things (IoT) dari satu konsol.

Dengan demikian, para karyawan dapat mengakses data perusahaan tanpa perlu tersambung dengan koneksi internet di kantor.

Meski demikian, bukan berarti keterbukaan akses tersebut tanpa risiko. Manajemen TI jarak jauh memiliki beberapa kekhawatiran terkait dengan keamanan data.

5. Keamanan data

Berdasarkan studi The Future of Work and Digital Transformation dari Lenovo, sebanyak 38 persen karyawan tidak yakin soal keamanan data saat bekerja dari jarak jauh. Keamanan ini terkait dengan data-data perusahaan yang mereka akses di luar kantor.

Pasalnya, pencurian data dapat terjadi kapan dan di mana saja. Misalnya, saat karyawan mengakses WiFi di tempat umum. Kejahatan siber lain, seperti scamming, hacking, dan phishing, juga menjadi ancaman serius bagi perusahaan.

Pemilihan penyedia layanan TI tepercaya menjadi kunci dalam mengembangkan strategi masa depan. Selain itu, perusahaan dapat membekali karyawan dengan perangkat yang aman.
Dengan berbagai tantangan tersebut, Lenovo sebagai perusahaan penyedia solusi teknologi menyeluruh, mendukung perusahaan agar siap menghadapi tantangan baru bekerja secara hibrida.

Lenovo menyediakan perangkat yang dirancang dan diciptakan sesuai kebutuhan perusahaan untuk menemukan sistem bekerja baru yang efektif dan produktif. Salah satunya adalah Thinkpad X1.

Laptop canggih yang ringan dan tipis tersebut didukung dengan sistem operasi Windows 11. Sistem ini dirancang untuk pekerja modern, tanpa mengorbankan keamanan atau kinerja.
Dengan performa Always On, Always Connected, Thinkpad X1 menawarkan pengalaman memakai laptop selayaknya menggunakan smartphone karena selalu terhubung sehingga memudahkan pekerja dalam berkolaborasi.

Lenovo Thinkpad X1 berkolaborasi dengan Windows 11 bisa menjadi perangkat pilihan untuk bekerja secara hibrida.Dok Lenovo Lenovo Thinkpad X1 berkolaborasi dengan Windows 11 bisa menjadi perangkat pilihan untuk bekerja secara hibrida.

Selain itu, Thinkpad X1 memiliki berbagai fitur hemat waktu yang dapat memudahkan karyawan bekerja secara hibrida, yakni Modern Standby. Dengan fitur ini, laptop dapat terhubung secara instan ke jaringan internet. Bahkan, dengan satu sentuhan tombol, pengguna dapat dengan mudah terhubung dengan panggilan konferensi.

Fitur lainnya adalah baterai tahan lama dan rapid charge. Dengan fitur ini, karyawan tak perlu repot harus khawatir kehabisan daya baterai dan terlalu lama menunggu isi ulang daya.
Laptop besutan Lenovo tersebut juga dilengkapi dengan berbagai fitur keamanan, seperti Secure Wipe2.0, Firmware Resiliency 2.0, human presence detection, intelligent PC diagnostics, dan non-soldered SSDs.

Selain itu, Lenovo juga menawarkan layanan untuk membantu perusahaan memecahkan masalah yang berkaitan dengan hardware atau software perangkat kerja karyawan selama bekerja secara hibrida melalui Lenovo Premier Support.

Layanan premium dari Lenovo tersebut menyediakan technical expert yang dapat diakses selama 24 jam di seluruh Indonesia. Hal ini memudahkan pemecahan masalah TI selama karyawan bekerja dari mana saja.

Dengan solusi perangkat dan layanan dari Lenovo, karyawan dapat lebih produktif sehingga performa bekerja akan meningkat.

Sekarang, hybrid working adalah sebuah kepastian. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan dunia kerja baru ini akan lebih sulit menghadapi persaingan bisnis ke depannya.

Adapun kunci mempercepat laju adaptasi teknologi adalah dengan pemetaan dan penyelesaian masalah secara cepat dan menyeluruh. Nah, Lenovo dapat menjadi partner yang tepat untuk membantu perusahan Anda menemukan solusinya.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com