Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Asal, Begini Sebaiknya Menyikapi Kabar Duka di Media Sosial

Kompas.com - Diperbarui 09/06/2022, 20:30 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagaimana fungsinya sebagai wadah komunikasi, media sosial (medsos), seperti Instagram, Twitter, hingga TikTok, menjadi salah satu wadah yang diandalkan masyarakat untuk berbagi kabar. Tidak cuma kabar baik dan bahagia, medsos juga kerap menjadi sarana mengabarkan kabar duka.

Entah karena dirinya tertimpa musibah, sanak saudara meninggal, atau kabar lainnya yang membuat hati bersedih.

Ketika menanggapi berita duka, warganet biasanya menyampaikan komentar simpati dan doa. Namun, ada pula warganet yang memberikan komentar bernada antipati dan terkesan julid.

Seperti kabar duka yang menimpa anak sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau yang akrab disapa Eril, misalnya.

Baca juga: Begini Cara Mengurangi Kecanduan Media Sosial Menurut Psikolog

Ketika kabar Eril hilang viral di media sosial, warganet banyak menyampaikan simpati dan doa untuk Eril dan keluarga. Namun, ada pula warganet yang menanggapinya dengan komentar julid.

Komentar julid atau komentar negatif yang muncul biasanya justru tidak terkait musibah yang terjadi. Misalnya, mengaitkan musibah dengan hal lain yang tidak berhubungan dan terkesan "cocoklogi" atau bias konfirmasi.

Lantas, bagaimana sebaiknya warganet atau pengguna media sosial menanggapi kabar duka yang benar?

Gunakan dua prinsip

Psikolog klinis dari Yayasan Cintai Diri Indonesia (Love Yourself Indonesia), Alif Aulia Masfufah pun angkat bicara terkait perihal ini.

Menurut Aulia, cara paling benar menanggapi kabar duka di media sosial adalah dengan memberi dukungan kepada orang yang sedang berduka, siapapun sosok tersebut. Bukan malah memberikan komentar antipati bahkan julid.

"Coba dikurang-kurangin asal ketik dan bicaranya di sosial media, apalagi kalau komentarnya berhubungan sama orang yang kena musibah. Kita nggak pernah tahu kapan kita ada di posisi mereka yang sedang terkena musibah," kata Aulia melalui pesan singkat kepada KompasTekno.

Baca juga: Begini Tanda-tanda Orang yang Harus Puasa Media Sosial

Oleh karena itu, Aulia mengungkapkan ada dua prinsip yang seharusnya dipegang oleh warganet ketika bermedia sosial, termasuk ketika berkomentar.

Pertama, perlakukan orang lain selayaknya kita ingin diperlakukan. Kedua, empati dan kebaikan (kindness).

Sebagai pengguna media sosial, Aulia mengatakan, setiap pengguna harus menyadari bahwa media sosial itu digunakan oleh banyak orang dengan kepribadian dan kapasitas mental yang berbeda-beda.

Kendati begitu, pada dasarnya, setiap pengguna media sosial memiliki perasaan sedih, terluka, takut, dan kecewa yang sama.

"Makanya, kalau pakai prinsip 'empati dan kindness' dalam berkomentar, pasti banyak orang yang pada akhirnya mengurangi komentar buruk karena pandai memposisikan dirinya," kata Aulia.

Baca juga: Studi: Media Sosial Bikin Orang Indonesia Iri dan Frustrasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com