Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Moch S. Hendrowijono
Pengamat Telekomunikasi

Mantan wartawan Kompas yang mengikuti perkembangan dunia transportasi dan telekomunikasi.

kolom

Membidik Pasar Layanan Keuangan Digital

Kompas.com - 31/10/2022, 16:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDUSTRI perbankan Indonesia sejatinya telah berusia nyaris tiga abad, mulai tahun 1746 ketika De Bank van Leening didirikan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie).

Sepanjang usia perbankan hingga 2021, jumlah pemilik rekening nasabah bank di Indonesia baru mencapai 80,27 juta orang atau sekitar 30 persen dari populasi.

Sementara industri telekomunikasi yang dimulai abad 19 dengan teknologi kabel, meledak dalam jumlah pengguna ketika teknologi nirkabel muncul.

Sekitar tahun 1985 mulai dioperasikan jaringan nirkabel NMT (Nordic Mobile Telephone) sebagai generasi pertama (1G).

Teknologinya berkembang pesat sampai 5G – atau setidaknya 4G LTE – yang di Indonesia pelanggannya lebih dari 320 juta, melampaui jumlah 276 juta penduduknya.

Sekadar membandingkan, perbankan baru meraih kira-kira 25 persen pelanggan seluler. Dan bisa dipastikan, pemilik rekening di bank juga pelanggan seluler dari beberapa operator seluler di Indonesia.

Begitu timpang, seakan masyarakat lebih menikmati layanan telekomunikasi ketimbang menyimpan uangnya di bank. Atau paling tidak menggunakan jasa layanan keuangan lain dari berbagai lembaga keuangan.

Dalam 10 tahun belakangan terasa ada peningkatan penggunaan layanan keuangan, terutama digital (financial technology – fintech).

Namun “wajah” konsumen atau pengguna layanan keuangan di Asia Tengara, Indonesia masih dikalahkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Menurut Alfian Manullang, VP Data Solutions Telkomsel yang menyitir data World Bank 2021 tentang “G20 Financial Inclusive Indicator”, masih ada 52 persen penduduk Indonesia yang belum punya akun finansial.

Masih lebih baik, karena ada tambahan pengguna layanan keuangan, tetapi tidak memiliki rekening bank. Ini yang muncul dari generasi milenial dan generasi Z.

Semakin beragamnya pilihan pembayaran via digital yang digelar lembaga perbankan atau nonperbankan, tumbuh kelompok pengguna yang memakai pembayaran digital.

Pelaku berbagai transaksi pembayaran itu menggunakan gadget, tetapi persentasenya yang baru 23 persen, masih terbilang kecil.

Layanan keuangan lain, kredit, juga baru meraup 18 persen dari total populasi. Padahal sudah bermekaran startup P2P Lending alias layanan pinjam-meminjam keuangan.

Di sektor bisnis, penggerak ekonomi yang lebih dari 90 persen diawaki UMKM, belum juga sepenuhnya melek finansial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com