Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos WhatsApp: Kalian Pikir Telegram Aman?

Kompas.com - 16/02/2023, 10:00 WIB
Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Update:

KOMPAS.com - 'Adu mulut' antara WhatsApp dan Telegram tampaknya masih berlanjut. Paling baru, Will Cathcart selaku Head of WhatsApp di Meta induk WhatsApp) angkat bicara terkait Telegram.

Lewat thread di akunTwitter yang terbagi menjadi sepuluh cuitan, Cathcart banyak mengkritik aspek keamanan di Telegram, terutama soal enkripsi end-to-end, mengutip artikel dari Wired yang bertajuk 'The Kremlin Has Entered Chat'.

Adapun artikel ini kurang lebih menceritakan bagaimana rezim Vladimir Putin dapat mengetahui gerak-gerik aktivis anti-perang Rusia melalui Telegram.

"...Jika Anda berpikir Telegram aman, Anda harus baca artikel ini dan memahami kebenarannya - terutama sebelum Anda menggunakannya (Telegram) untuk sesuatu yang bersifat pribadi," tulis Cathcart di akun pribadinya dengan handle @wcathcart.

Baca juga: Cara Backup Chat WhatsApp dengan Enkripsi End to End

Isu keamanan yang pertama dibahas Cathcart berkaitan dengan aplikasi Telegram yang tidak terenkripsi dari ujung ke ujung secara default, dan tidak adanya fitur enkripsi ujung ke ujung (end-to-end encryption/E2EE) untuk grup.

Hal ini berbanding terbalik dengan WhatsApp yang sudah menawarkannya secara default.

Perihal fitur enkripsi untuk grup, Telegram pernah memberikan pernyataan bahwa tidak adanya fitur tersebut disebabkan karena kesulitan dalam proses backup, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Crast, Kamis (16/2/2023).

Sebaliknya, Telegram menuduh bahwa enkripsi ujung ke ujung punya WhatsApp adalah "hoax".

"Jika teman percakapan Anda menggunakan "Backup di Google Drive", Google memiliki akses ke pesan tersebut, dan oleh karena itu, pemerintah mana pun bisa memintanya dari Google," jelas pihak Telegram.

"Jadi, enkripsi E2E (end-to-end) diaktifkan di WhatsApp secara default, tetapi langsung dinon-aktifkan. Dan tidak mungkin Anda bisa mengetahui apakah teman Anda menggunakan backup itu atau tidak," lanjut Telegram.

Kritik Cathcart tidak berhenti sampai soal enkripsi end-to-end saja. Bos WhatsApp ini juga menyinggung tidak adanya verifikasi independen yang dimiliki protokol fitur enkripsi ujung ke ujung punya Telegram.

Baca juga: Telegram dan WhatsApp Sama-sama Pakai Enkripsi, Apa Bedanya?

Application Programming Interface (API) milik Telegramjuga dinilai bermasalah oleh Cathcart. Pada awal perang Rusia-Ukraina, API lokasi Telegram dapat dipalsukan untuk mengidentifikasi pengguna dalam radius 2 mil, dengan catatan mereka telah mengaktifkan lokasinya.

Selain itu, Telegram juga mengembangkan API lainnya yang mengizinkan akses ke konten pengguna untuk keperluan pengawasan massal. Cathcart juga melihat adanya kontradiksi antara kebijakan privasi Telegram dan kenyataan yang ada.

Meskipun kebijakannya mengeklaim bahwa perusahaan aplikasi layanan pengirim pesan tersebut tidak pernah memberikan data pengguna kepada pemerintah, realitas yang ada justru sebaliknya, begitulah menurut artikel berita seperti yang diterbitkan oleh Wired.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com