Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Internet Masuk Desa Bukan Impian Lagi

Kompas.com - 03/07/2008, 13:15 WIB

SIAPA bilang Internet hanya dapat dinikmati kalangan menengah ke atas. Teknologi Internet kini dapat dirasakan manfaatnya oleh penduduk di pelosok desa yang tak terjangkau listrik sekalipun.

Misalnya, di Desa Pasir Waru, kecamatan Mancak, Serang, Banten. Desa ini berjarak 27 kilometer dari pusat pemerintahan Provinsi Banten, Kota Serang. Desa yang berada di pinggiran hutan dan di daerah berbukit-bukit ini tak seluruhnya telah terakses listrik. Daerah yang sudah tersambung listrik pun sekali-sekali mati karena pemadaman bergilir.

Jalan desa sebagian besar belum teraspal. Semakin ke atas bukti, kondisinya makin rusak. Mobil masih bisa lewat namun harus pelan-pelan. Sepeda motor menjadi angkutan yang dominan. Meski demikian, penduduknya yang sebagian besar petani tak putus asa dengan kondisi daerahnya. Mereka masih menyempatkan diri untuk belajar komputer, yang mungkin baru dikenal untuk pertama kali, agar mendapat kehidupan lebih baik.

Komputer masuk ke desa tersebut sejak didirikan CTC (Community Technology Center) Mancak yang dibangun Microsoft dengan Asketik, organisasi nonprofit yang membantu pemberdayaan masyarakat di Pasir Waru. Di dalam ruang belajar CTC yang hanya berukuran 3 x 4 meter hanya ada dua unit komputer dan satu unit printer. Untuk akses Internet digunakan modem GPRS dari ZTE melalui jaringan seluler XL. Fasilitas inilah yang digunakan sebagai ruang belajar secara bergantian.

"Seminggu sekali, setiap Sabtu kita gelar kelas bersama, namun setiap hari ada yang siap membantu jika ada yang datang ingin belajar," ujar Toto Tajuddin, Ketua Asketik. Ada satu orang anggota Asketik yang tetap berada di tempat selama 24 jam untuk menjaga fasilitas tersebut selain membantu jika ada penduduk yang datang. Sebab, tidak semua petani dapat hadir secara bersamaan. Setiap pagi rata-rata menggarap lahan sehingga lebih seing mereka kumpul di malam hari.

Toto menceritakan kehadiran komputer di desa tersebut masih asing bagi penduduk. Namun, setelah mereka mengetahui bahwa fasilitas tersebut tersedia untuk digunakan bersama-sama, mereka mulai tertarik untuk mencoba. Bahkan, ada seorang penduduk yang langsung membeli komputer meski harus merogoh kocek hingga Rp3 juta.  

Banyak hal-hal lucu saat penduduk desa mencoba komputer pertama kali. Ada yang kikuk dan takut ketika menggeser mouse, seperti dialami Santari, yang kini memelihara beberapa ekor kambing silangan Ettawa. Namun, Santari tidak serta-merta putus asa dan tetap datang ke CTC meskipun masih terus dibantu untuk menggunakan Internet.

"Saya ingin tahu lebih banyak, misalnya bagaimana memelihara kambing Ettawa yang katanya lagi mahal harganya," ujar Santari. Selain komputer, penduduk memang sudah diperkenalkan kepada Internet untuk mencari informasi khususnya mengenai komoditi yang mereka garap.

Kalau Santari tertarik pada kambing, beda dengan Tusni yang akrab dipanggil Entus yang sedang mencoba ternak lele dumbo. Ia mengaku tertarik kepada komputer dan Internet namun sudah malas untuk belajar. Tapi, bukan berarti keingintahuannya berhenti. Entus "memaksa" anaknya yang datang ke CTC dan mencarikan informasi apa saja yang diinginkannya.

"Dari internet saya dapat informasi beternak lele dumbo yang baik. Tapi saya tidak percaya begitu saja. Makanya, saya bandingkan dengan peternak lele yang sukses di Serang. Ternyata caranya sama," ujarnya. Dengan bekal informasi tersebut, ia pun membangun tiga kolam pembesaran lele dumbo di kebun belakang rumahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com